www.ruanghakim.co.cc

Ayat-ayat Setan berkedok Ayat-ayat Cinta

Posted on: Januari 21, 2008

Iblis berkata, “Ya Rabb-ku, oleh sebab Engkau telah memutuskan
bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (kemaksiatan) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.
(QS. Al-Hijr: 39).

Di pinggir jalan-jalan raya saat ini, di mana di sana berdiri tempat muda-mudi saling berkumpul sembari meperhatikan baliho atau banner besar yang terpampang, terbaca tulisan di dalam sebuah gambar “Ayat-ayat Cinta”, Serentak di bioskop seluruh Indonesia mulai…..

Ku saksikan mereka berpegangan erat penuh cinta sembari seorang gadis menunjukkkan jarinya ke arah gambar tersebut. Mungkin, ia sedang meminta kepada kekasihnya untuk berencana menyaksikannya. Dan kusaksikan di antara mereka, ada yang mengenakan “jilbab” dan juga bersama kekasihnya. Tidakkah mereka memikirkan kelak, Allah sang pemilik cinta yang bersemi di antara mereka, akan meminta pertanggungjawaban atas cinta yang mereka semaikan di antara mereka?

Teringat akan penulis yang dahulu sempat membaca novelnya. Saat pertama kali selesai membaca, terlintas kekaguman di dalam hati. “Subhanallah, tidak pernah saya membaca novel sebagus ini!”.

Saat ini, ketika semua saat-saat seperti itu sudah berlalu, hanya bisa ku menyesali. Menertawakan diri yang begitu dangkal menilai. Menilainya hanya berdasarkan perasaan pribadi. Sementara yang dinilai, dikaitkan dengan agama ini. Islam yang sangat kucintai. Padahal, tidaklah dikatakan sesuatu melainkan dengan apa sesuatu itu diartikan. Islam hanyalah ada pada Al Qur’an dan pada apa-apa yang disampaikan oleh Rosululloh -shollallahu ‘alaihi wa sallam-.

Pernah beberapa kali melihat tanggapan-tanggapan dari para penikmat film di beberapa situs yang menyebarkan info penayangan film tersebut, baik penikmat film secara umum, maupun yang bernuansa “Islamiy”. Bahkan mungkin, ada di antara mereka yang sebelumnya tidak pernah datang ke bioskop-bioskop, dan mulai akan berencana membeli tiket untuk mencicipi ruangan berlayar lebar tersebut yang dirasakan begitu sejuk duduk di dalamnya. Tidak!, padahal mereka sedang mengantri untuk membeli tiket ke neraka. Yang tidaklah dingin dan sejuk, namun panas lagi membakar.

Mari kita berpikir saudaraku semuanya!

Ada banyak madhorot di sana, yang akan engkau jumpai -jika engkau belum pernah ke sana-. Dan bagi kalian yang pernah ke sana, coba renungi dengan hati penuh keimanan beberapa keburukan yang akan sering engkau dapatkan. Dan jangan pernah lagi mengulanginya. Cukuplah seorang yang beriman jatuh di lubang yang pertama dan berusaha menghindari terjatuh di lubang yang sama.

–>>> Dari segi film Ayat-Ayat Cinta:

1. Boleh jadi, film “islamiy” tersebut akan menjadi promosi bagi dirimu sendiri untuk mulai mendatangi bioskop di kesempatan berikutnya. Padahal, kamu belum pernah mendatangi bioskop sebelumnya.

2. Adakah dia dikatakan film “islamiy”, padahal di dalamnya pemerannya bercampur baur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahromnya?

3. Apakah engkau akan menjadikan mereka -para artis- sebagai teladan?

4. Bahkan, si pembuat filmnya “Hanung Bramantyo”, adalah orang yang senang dengan orang-orang yang suka beromong kosong tentang Tuhan. Apakah engkau akan mendukung orang-orang seperti dia?

5. Bahkan, di sana ditampilkan gambar-gambar. Padahal, Allah melarangnya.

6. Yang dengan gambar-gambar itu, engkau melihat aurat orang lain.

7. Masih banyak lagi keburukan lainnya, yang jika engkau menelitinya akan engkau dapatkan bahwa tidak ada sisi Islamnya di sana.

—>>> Dari segi tempatnya, bioskop:

1. Bercampur baurnya antara laki-laki dan perempuan.

Allah Azza wa Jalla- berfirman, “Dan apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari balik tabir. Cara demikian itu lebih baik bagi hatimu dan hati mereka.” (Al-Ahzab: 53)

2. Akan engkau lihat di antara mereka banyak yang menggunakan pakaian yang jika engkau melihatnya, engkau berdosa dan tidak akan engkau dapatkan kekhusyukan ibadahmu.

Allah Azza wa Jalla- berfirman, “Katakanlah kepada wanita-wanita mukminah, “Hendaklah mereka menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka serta jangan menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang biasa tampak darinya. Hendaklah pula mereka menutupkan kerudung mereka di atas leher-leher mereka dan jangan mereka tampakkan perhiasan mereka kecuali di hadapan suami-suami
mereka, atau ayah-ayah mereka, atau ayah-ayah suami mereka (ayah mertua), atau di hadapan putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau di hadapan saudara
laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka (keponakan laki-laki), atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau di hadapan wanita-wanita mereka, atau budak yang mereka miliki, atau laki-laki yang tidak punya syahwat terhadap wanita, atau anak laki-laki yang masih kecil yang belum mengerti aurat wanita. Dan jangan pula mereka menghentakkan kaki-kaki mereka ketika berjalan di hadapan laki-laki yang bukan mahram agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan dan hendakla
h kalian semua bertaubat kepada Allah, wahai kaum mukminin, semoga kalian beruntung.” (An-Nuur: 30-31).

3. Menyia-nyiakan waktu.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

Demi masa! Sesungguhnya manusia berada pada kerugian. Kecuali, orang-orang yang beriman dan beramal sholih…..” (Al-Ashr)

4. Meninggalkan waktu sholat.

5. Menjauhkan hati dari mengingat Allah.

6. Jelaslah, tidak ada gunanya!. Haram! Insya Allah akan masuk neraka bagi orang-orang yang mendatanginya!.

7. Jika sudah begitu, apakah masih rela membelanjakan uangmu untuk hal-hal yang demikian?

Dari al-Mughirah bin Syu’bah bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan kamu durhaka kepada ibu, mengubur anak perempuan hidup-hidup, enggan memberi miliknya tetapi meminta-minta milik orang lain, dan dilarang atas kamu tiga perkara, yaitu berbohong dalam cerita, banyak bertanya, dan mubazir harta.” (HR. Bukhari).

—->>>Solusi:

1. Sibukkan diri dengan mempelajari ilmu.

2. Duduklah bersama orang-orang yang selalu menjaga agamanya.

3. Berpikirlah berdasarkan agamamu, bukan hanya berdasarkan perasaan.

4. Berpikirlah, bagaimana jika ketetapan (mati) Allah menjemputmu dan mati kita di dalam tempat yang penuh maksiat tersebut?.

5. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka!.

Wallahu a’lam!

Link terkait:
Film Ayat-ayat Cinta -Tidak Lebih Berbahaya Dari Film Maksiat-
Film Ayat-ayat Cinta -sebuah bahan renungan-
Kepada yang tersakiti hatinya

126 Tanggapan to "Ayat-ayat Setan berkedok Ayat-ayat Cinta"

em…..
brarti kalo ga ganggu sholat boleh do…ng????

Ma’af, bukan hanya sholat.
Kalau baca, jangan berpikir untuk tetap menyaksikan filmnya.
Ya begitu, ada kesempatan sedikit, diambil kesimpulan.
Banyak hal buruk lainnya yang sudah disebutkan di atas selain masalah waktu sholat.
Dan tentu, selain itu juga masih banyak lagi.
Lawanlah hawa nafsu, insya Allah beruntung.

assalamualaikum
postingan yg bagus, islam sdang dirusak dengan menghancurkan akidah para generasi muda dengan musik dan tontonan film.
baca juga postingan terkait di http://wadeleh.wordpress.com

Wa ‘alaykumussalam warohmatulloh
Semoga kita dilundungi dari hal-hal yang selalu berkedok dengan kata-kata indah.
Semoga Allah menjelaskan bagi kita akan hal itu.
Terimakasih atas kunjungannya.

memang serba dilema, disatu sisi ingin memberikan gambaran tentang bagaimana cinta yang Islami sesuai dengan Al-Quran disatu sisi terbentur dengan sesuatu yang sudah membudaya… kita ambil positifnya dulu saja semoga dengan film ini mampu membukakan pintu taubat bagi mereka2 yang masih tersesat….kalo dibilang sutradaranya itu orang2 yang begini begini, apakah kita juga tidak melihat sisi baiknya dari dia, kalo kita cuma bisa mendakwa dan cuma melihat sisi buruknya kapan kita bisa menjadi lebih baik……kalo dibilang dia gini gitu lha mbok sampeyan saja yang bikin filmnya….

yang jadi permasalahan sekarang :
– bagaimana caranya berdakwah untuk mereka2 golongan yang sering berada di bioskop, hayo jawab..
– bagaimana pula bagi mereka yang sering dugem…………

mereka2 itu juga masih saudara kita, maka sudah secara otomatis menjadi kewajiban bagi kita untuk meluruskannya, bukan cuma kamu salah ya salah trus ga ada pemecahan…….

bnr bngt

@ Rommy.
Terimakasih atas tanggapannya.
Sayang saya tidak tahu anda muslim atau bukan, saya tidak bisa mengakses alamat blog kamu mas Rommy.
Kalau mau menilai tentang kebaikan. Setiap makhluk punya kebaikan. Jangankan Mas Hanung Bramantyo, kambing saja punya kebaikan. Dagingnya bisa kita makan -sedikit perbandingan saja-
Seluruh makhluk punya kebaikan. Para pendeta yang kafir sekalipun punya kebaikan! Mereka juga memberikan sebagian harta mereka untuk orang yang kurang mampu. Apa itu bukan kebaikan?
Maksudnya, kalau membantah seseorang dihalangi karena adanya kebaikan padanya, setiap muslim tidak perlu khawatir mendengarkan ceramahnya para pendeta atau orang yang berpemikiran sesat lainnya.

Bagi orang-orang yang ingin mendapatkan ilmu, ingin bertaubat, datangilah masjid, datangilah majelis-majelis ilmu, datangilah madrasah-madrasah islamiyah. Bukan datang ke tempat maksiat.
Tidak ada dakwah di sana. Dakwah di sana, apalagi cuma sekedar menampilkan khayalan dan tidak ada seruan meninggalkan tempat tersebut berarti melegalkan tempat tersebut.
Semoga Allah memberikan hidayah atau petunjuk kepada mereka.
Semoga Allah memberikan hidayah atau petunjuk kepada mereka.
Semoga Allah memberikan hidayah atau petunjuk kepada mereka.

assalamualaikum
Agama ini ketika Nabi saw. wafat telah disempurnakan oleh ALLAH
semua cara telah dicontohkan, diwariskan dan bertahan sampai sekarang.
termasuk lah di dalamnya, bagaimana cara ber ibadah, cara bermasyarakat, cara mencari nafkah dan yg paling penting adalah Bagaimana Cara Berdakwah.

Hampir 80 persen Al-Quran berisi ayat ayat tentang bagai mana berdakwah yang benar, cara berdakwah yg diinginkan oleh ALLAH, dan itu telah dilakukan oleh Rosulullah,sehingga hanya dalam waktu singkat, 23 tahun saja, Islam berjaya.

Lantas mengapa masih mencari cari jalan lain? menebak nebak? mengira ngira?
sementara jalan yg telah berhasil, yg telah ditepuh Nabi saw dan para Sahabat tak pernah (tak mau) dijalankan.
ada sedikit referensi disini (Mode: on .wordpress.com)

berarti nonton bioskop termasuk bidah ga?? ato gimana penjelasannya dong……….
berarti kang abik salah juga memberikan hak kepada orang lain untuk membuat film AAC ???

wah… kalo pangeran saudi yang dishoot TV dan ber-baik-baikan dengan pejabat-2 AS (bahkan ‘menjadi sekutu AS memerangi umat islam lain) itu apa juga bukan bid’ah… gmana mas?

u/ Mas Rommy
Nonton bioskop tidak dianggap sebagai ibadah,-namun jika dianggap ibadah bisa bid’ah, namun keterlaluan kalau ada orang yang menganggapnya sebagai ibadah- sehingga bukan bid’ah. Namun, ia merupakan perbuatan yang buruk. Di dalamnya banyak kesia-siaan. Dan banyak pula kemunkaran.
Jauhi tempat tersebut. Datangi tempat yang bermanfaat.

U/ Mas hmcahyo.
tentang berita yang Anda sampaikan sebaiknya diperiksa bukti-buktinya. Jangan kita menuduh kefasikan hanya dengan sangkaan. Karena kalau tidak, akan kembali kepada yang menuduh.
Bid’ah itu disebut jika suatu amalan dianggap ibadah atau upaya mendekatkan diri kepada Allah, yang tidak ada keterangan yang menjelaskan tentang kebolehannya. Dan kita diharuskan untuk meninggalkan bid’ah tersebut. Tinggal lihat saja, apakah Anda menonton TV dengan niat ibadah atau tidak????? Jika ya, maka hati-hatilah. Namun jika tidak, sebaiknya diganti dengan pekerjaan yang bermanfaat. Karena TV, banyak kemunkarannya.

wallohu a’lam!

mas apa dakwah itu cuma dimasjid masjid dan majelis taklim, trus siapa yang mengurusi mereka2 ini yang tidak mau ke masjid2…………apa mo dibiarin mereka hancur lebur.

Kalimat seperti ini tidak mungkin keluar dari orang yang mau jujur dalam menilai keadaan saat ini.
Masjid banyak, majelis ta’lim bisa kita datangi tanpa perlu bersusah payah,
Demi Allah! Bukan tidak tahu, mereka tahu kemana mereka hendak bertaubat, kemana mereka hendak mencari hidayah.
Dan keadaan mereka begitu, karena memang mereka belum mau bertaubat, belum mau menerima hidayah.
Apakah menurut anda Allah meridhoi tempat yang di dalamnya PASTI ditemui dengan banyak kebatilan?

aku udh baca novelnya, emang bagus banget n menggugah perasaan.
banyak hikmah yang dapat diambil itu menurutku, seakan2 semua tokoh itu nyata.
tapi aku ga taw film nya kayak gimana??
setelah baca novelnya emang penasaran sih pengen nonton,
tapi banyak banget comment2 ttg film ayat-ayat cinta jadi mikir2 lagi mw nonton.
mungkin lebih baik klo ga dibuat film nya kali ya…

Alhamdulillah.
Saya juga pernah membaca novelnya. Saya juga sempat mengatakannya bagus banget.
Tapi belajarlah lebih dalam tentang agama kita.
Insya Allah, dengan mendalami agama kita akan mendapatkan bahwa diri ini sudah tercukupi dalam menggugah perasaan, mengambil hikmah. Tidak sempat lagi kita memikirkan untuk mengambilnya selain dari keduanya (Al Qur’an dan As Sunnah).
Ya, sebaiknya tidak dibuat filmnya dan juga film-film lainnya.

Gimana pendapat mas, sebenarnya film bisa ga dijadikan sarana da’wah?trus bagaimana ttg film Khalifaturrosyiddin?Children of Heaven?

wow, diskusi yg rame 😉 ditambah judul artikel yg tentunya membuat pengunjung penasaran “Ayat-ayat Setan berkedok Ayat-ayat Cinta”.
Yg jelas jika suatu pesan islami (novel atau buku) kemudian difilmkan akan mengganggu/merusak nilai2 dan pesan islami tsb (tidak bisa tidak), yah namanya juga film.

Dan bagi orang kebanyakan (awam) tidak menutup kemungkinan film AAC akan dijadikan apologi. Kedok, tameng atau alasan untuk belajar agama islam (koridor cinta islami), dan muda-mudi tsb punya pacar (kalo udah begini film hanya sekedar hiburan)

yang jadi permasalahan sekarang :
– bagaimana caranya berdakwah untuk mereka2 golongan yang sering berada di bioskop, hayo jawab..
– bagaimana pula bagi mereka yang sering dugem…………

dan jawaban anda:

Bagi orang-orang yang ingin mendapatkan ilmu, ingin bertaubat, datangilah masjid, datangilah majelis-majelis ilmu, datangilah madrasah-madrasah islamiyah. Bukan datang ke tempat maksiat.
Tidak ada dakwah di sana. Dakwah di sana, apalagi cuma sekedar menampilkan khayalan dan tidak ada seruan meninggalkan tempat tersebut berarti melegalkan tempat tersebut.

jawaban anda nggak relevan. yang riil saja. lihat faktanya di lapangan, apakah generasi MTV jaman sekarang ada yang mau datang ke majelis2 ilmu di masjid?

apakah anak2 doyan dugem itu mau rajin mendatangi masjid? sudah untung kalo datang ke masjid 1 minggu sekali buat solat jumat.

Perlu dikritisi tuh kalimatnya mas. Siapa yang untung siapa yang rugi?

sama aja kayak misalnya anda ditanya bagaimana caranya membuat orang yang kecanduan teh supaya meninggalkan teh dan berbalik menyukai kopi, tapi anda menjawab, “orang-orang yang suka teh itu harus datang ke kedai kopi.”

Ahli qiyas toh?????. Esensi yang terkandung di dalamnya, antara aturan-aturan agama atau antara Islam dengan lainnya dengan teh ke kopi, berbeda. Coba dipikir lagi kalau membandingkan suatu perkara, perbandingan itu tidak asal antara A ke B, namun apakah sama hakikatnya?, Wah ternyata Anda kurang memahami tentang makna “riil” yang Anda ucapkan. Atau mungkin Anda memang orang yang tidak teguh di atas prinsip Anda, alias plin-plan.

nggak relevan, kan? mana ada orang yang suka teh dan membenci kopi mau datang ke kedai kopi? 😉

Memang tidak relevan, apalagi perbandingan Anda, tidak nyambung!

saya bilang, jangan pasif! kalo jawaban anda seperti di atas itu, itu artinya sama saja anda mengharapkan mereka yang aktif. non sense, ah! sebelum mereka datang ke masjid, yang harus dilakukan adalah bagaimana caranya supaya mereka tertarik untuk datang ke masjid.

Ok, jika permasalahannya tentang pasifnya, maksudnya kita harus memasuki dunia mereka, tidak bisa sembarangan mas

caranya? bullshit kalo anda bertindak pasif dengan mengharapkan kesadaran mereka. yang harus dilakukan adalah berdakwah lewat bahasa mereka di dunia mereka. ketika anda berhadapan dengan orang uruguay tapi berdakwah dalam bahasa betawi, ya manalah orang2 uruguay itu bisa ngerti.

Wah, kalau ini saya setuju. Anehkan, kalau ada orang Uruguay didakwahi dengan kalimat, “Mari kite menauhidkan Allah!”. Kata orang Uruguay, “?????????????????”.

sama aja. anda menggunakan “bahasa masjid” (dan celakanya dilakukan dengan pasif) kepada orang-orang yang sehari-harinya menggunakan “bahasa dugem” dan “bahasa bioskop”, mau tiap hari berteriak2 pakai megaphone ya tetap saja mereka yang anda ajak bicara itu nggak akan pernah ngerti. paling2 anda cuma akan menerima komentar “ah, biarin aja. itu orang sok alim”, “itu cuma orang yang nggak nggak bisa liat orang lain seneng2”, “itu cuma orang yang sirik ngeliat kita hepi”.

qiyas lagi nih?!

yang riil aja, mas. hadapi kenyataan dengan tindakan nyata. bukan dengan idealisme.

Betul, tindakan nyata. Bukan khayalan!

Assalamu’alaikum. Apa kabar akhi? Barakallahu fiik.
Alhamdulillah akhirnya antum menemukan diri antum dalam menjalankan Islam yang benar.
Akhi, kalau boleh saya kritisi, novel yang menyentuh perasaan dan membangkitkan inspirasi itu sangat banyak jumlahnya dan biasanya disukai pembaca. Novel AAC itu salah satu novel yang isinya terdapat kebenaran dan kebatilan, keduanya dioplos dan diramu menjadi tulisan yg indah lagi memikat. Maklumlah, penulisnya seorang Lc dan sastrawan –semoga Allah menunjuki kita semua. Dan biasanya nih, unsur kebenarannya itu sebagai umpan agar diterimanya kebatilan. Akhirnya, AAC menjadi samar sekali bagi masyarakat, kecuali yang dirahmati Allah ta’ala, dan dikatakan banyak orang bahwa AAC sebagai novel bagus, religius, dan mengemban “dakwah”. Saya sendiri baru tahu kemarin sewaktu teman kantor menawarkan novel itu untuk dibaca. Saya bilang bahwa saya tidak tertarik dengan novel. Teman saya itu kemudian bercerita bahwa setelah membaca novel tsb inspirasinya utk menghafal Alquran timbul dan dia sangat tersentuh dg novel itu. Saya pun coba membacanya, saya lihat-lihat pengarangnya, kemudian tanggapan para novelis dan sastrawan Indonesia banyak. Saya baca lembar-lembar awalnya dan mulai nggak suka ketika si tokoh utama itu bertemu dengan gadis Qibthi di bus/kendaraan umum dan duduk satu bangku, lalu di situlah mulai mengisahkan awal pertemuan tokoh dg gadis kristen tsb. Lalu, mulailah mendeskripsikan si gadis, mulai dari cara berbicara, berpakaian, sampai bentuk bibir gadis tsb. Suatu kontradiksi, di saat dia belajar ilmu agama, Alquran, dan sunnah kepada Syaikh, di saat yang sama dia tidak banyak menyerap ilmu. Subhanallah. Sudahlah… semakin mengenaskan dan menambah buruk pandangan saya tentang lulusan negeri piramid yang pernah saya temui. Rata-rata berilmu, tetapi ilmunya tidak mengangkatnya menjadi tambah wara’ dan mereka bebas dalam bergaul dengan lawan jenis. Akhirnya, ilmu yang dia dapatkan menjadi sis-sia dan terlupa sedikit demi sedikit. Semoga Allah menunjuki kita semua kepada cahaya Islam dan mengokohkan kita menjadi pengikut sunnah sampai akhir hayat kita. Amin. Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan.

Abu Maulid

ahli qiyas? mungkin 😀 ada masalah dengan ahli qiyas? memangnya qiyas itu ga boleh, tho? tapi rasanya saya tidak plinplan dan cukup memahami apa yang saya katakan. ya entah, sih, kalo anda yang nggak paham, huehe.

apakah hakikatnya sama? saya bilang, ya, sama. sama2 membahas tentang bagaimana caranya mengajak orang yang tidak menyukai “suatu hal” untuk mencoba menyukai “suatu hal” tersebut.

masih ga sama? ga nyambung? ah, anda orang indonesia, kan? setidaknya, mengerti bahasa indonesia, kan? saya nulisnya pake bahasa indonesia, lho.

jadi, anda mau saya menulis analogi yang bagaimana supaya anda mengerti?

orang yang tidak suka/hobi akan sesuatu toh tetap saja tidak mungkin anda ajak untuk menyukai apa yang tidak mereka sukai kalo anda tidak membuat mereka mencoba untuk menyukai apa yang tidak mereka sukai. masih dibilang nggak nyambung? wah, kalo iya, ya keterlaluan :mrgreen:

O…. jadi menurut anda berpindah dari teh ke kopi itu sama dengan berpindah dari non Islam ke Islam?, atau seperti berpindah dari kemaksiatan menuju kebaikan?.
wah wah wah, teh atau kopi sama-sama mubah, mas! alias minum teh, boleh. Minum kopi, juga boleh. Tapi, awas. Kalo minumnya berlebihan, maksudnya terus2an, ga berenti2, bisa jadi dilarang, karena menzolimi diri sendiri.
Tapi, saya sebnarnya faham maksud anda. Yakni, merubah dari satu hal ke hal lain. Namun, dari contoh yang anda sebutkan tersebut, sebenarnya menjadi bukti bahwa anda meremehkan kesalahan, yakni teh ke kopi disamakan dengan buruk ke baik. <<biar pembaca yang menilai.
Jika yang dimaksud sampean adalah cara merubah dari satu hal ke hal lain, maksudnya dari buruk ke baik, namun mesti aktiv seperti yang sampean katakan, saya setuju. Namun yang tidak saya setuju, sampean mengatakan,
orang yang tidak suka/hobi akan sesuatu toh tetap saja tidak mungkin anda ajak untuk menyukai apa yang tidak mereka sukai kalo anda tidak membuat mereka mencoba untuk menyukai apa yang tidak mereka sukai. masih dibilang nggak nyambung?
Makanya mas, baca sejarah rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam-. jangan bacanya cuma pas “perayaan” doang -kalo masih mengerjakan-, tapi ga’ ngerti isinya.
Ada tidak, rosululloh berdakwah dengan cara yang batil. Alias, terlihat baik namun ada larangan yang jelas-jelas di dalam Ayat-ayat Allah.
Bahwa aktiv itu bukan berarti boleh menerobos larangan-larangan.
Kalau tidak ada, itu Kang Abik sama Pak Haji Deddy Mizwar nyontoh siapa?, nyontoh orang-orang Barat?

Oia, kopi dan teh itu sama-sama enak -menurut saya sih- Jadi ga perlu lah yang minum teh merubah ke kopi.

Pendapat saya sih, GET REAL WAHAI SIAPA-NIH-YANG-BUAT-BLOG!!!

hmmm…
oke, saya jelaskan lagi. analogi yang saya bilang adalah tentang esensi “bagaimana” cara mengubahnya, bukan “apa” yang diubah.

“apa” itu bicara ttg sifat obyeknya; entah baik ke buruk, baik ke baik, buruk ke baik, juga buruk ke buruk.

sedangkan “bagaimana” itu tidak terikat dengan sifat obyeknya, melainkan ttg cara mengubahnya.

Jangan berkata demikian mas, -yakni, “bagaimana” itu tidak terkait dengan sifat obyeknya-. Jika mas berkata demikan, berarti mas menyalahi kaidah mas sendiri yang menganjurkan agar supaya kreatif (dari Penulis) dalam berdakwah, khususnya masalah dakwah dengan penikmat bioskop harus berbeda dengan dakwah penikmat masjid.
Namun sekali lagi saya harus berlapang dada untuk mencoba mengerti maksud mas. Padahal, tinggal dikatakan bahwa “qiyas saya ada beberapa yang salah”. Namun mas menutupinya dengan kalimat baru yang justeru menjadi mengerti saya bahwa mas ini…. nilai sendiri lah.

Ok, mungkin qiyas yang anda ingin sampaikan hanya tentang bagaimana caranya, baik hasilnya jika dikatakan bahwa, “bagaimana” merubah sesuatu itu terkait dengan “sifat” obyeknya.

jadi sekarang perkaranya bukan pengubahan sifat suka teh ke suka kopi atau baik ke buruk. bisa saja malah suka kopi ke suka teh atau buruk ke baik. tapi skrg perkara yang saya bicarakan adalah tentang cara mengubahnya; bukan ttg perbandingan siapa yang kedudukannya diremehkan dan siapa yang meremehkan.

btw, saya setuju. biar pembaca yang menilai. dan tentunya anda juga bisa menilai penilaian para komentator di sini, kan? 😉

lalu berhubung anda masih berbelit2, skrg pertanyaannya saya kembalikan lagi ke pertanyaan semula:

– bagaimana caranya berdakwah untuk mereka2 golongan yang sering berada di bioskop?
– bagaimana pula bagi mereka yang sering dugem?

bukan dengan idealisme pasif, lho. tapi saya mengharapkan jawabannya adalah tentang tindakan yang riil di masyarakat 😀

Sebenarnya, saya sudah mulai merasa bodoh ketika harus terus menanggapi komentar-komentar anda yang masih saja kekeh mempertahankan bahwa cara-cara yang penuh kemaksiatan itu boleh saja dikatakan sebagai solusi.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
“Sesungguhnya kalian berselisih dan mengadukan kepadaku, dan barangkali sebagian di antara kalian lebih pandai dalam berbicara membawakan alasan-alasannya dibandingkan dari yang lain, maka aku memutuskan yang menguntungkannya disebabkan yang aku dengar.”

Allah berfirman,
“Serulah (manusia) kepada jalan rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik” (An-Nahl : 125)

Lihatlah, bahwa bagaimana itu sangat terkait dengan yang sifat dari obyek yang ingin dibagaimanakan.

Namun, jangan disalah artikan bahwa berdakwah itu semau kita yang penting menurut kita adalah sebuah “hikmah”, yang penting menurut kita adalah “efektif”, yang penting menurut kita adalah cara yang “baik” untuk menyampaikan.
Jangan, jangan, jangan, karena itu tinggalkan segala hal yang hanya sebatas “menurut kita”.

Karena perlu diketahui bahwa menurut Rosululloh -shollallhu ‘alaihi wa sallam, yang merupakan benteng, ilmu, cara, dan bingkai sehingga apa yang kita lakukan akan benar-benar merupakan hikmah. Rosululloh bersabda, dalam sebuah hadits dari ‘Aisyah radliyallahu ‘anha
Beliau berkata, “Tidaklah Nabiyullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam ketika diberi dua pilihan melainkan beliau memilih yang paling mudah dari keduanya selama tidak mengandung dosa. Apabila mengandung dosa, maka beliau menjauhkan diri dari keduanya. Demi Allah, beliau tidak pernah marah karena hal yang dilakukan terhadapnya kecuali jika pengharaman Allah dilanggar maka beliau marah karena Allah.” (HR. Bukhari)

Jika anda menyadari bahwa dakwah itu harus aktiv, maka buktikanlah bahwa anda aktiv!
Begini maksud saya,
Sesorang tidak dianjurkan untuk mendakwahi orang-orang yang ia tidak sanggup menjangkaunya. Karena hal itu sulit untuk dilakukan.
Anda pasti tahu bahwa mereka itu tidak setiap waktu berada di bioskop atau tempat maksiat lainnya. Ada banyak waktu bagi mereka, yakni orang-orang yang kita, yakni orang-orang yang telah berpikir aktiv dalam dakwah -insya Allah- sanggup untuk menjangkaunya ketika mereka berada di tempat yang aman dari kemaksiatan -tempat umum biasa-.
Maka ajaklah mereka -entah dengan bahasa kasih sayang, bahasa persahabatan, bahasa Uruguay, bahasa Betawi, atau apa sajalah yang penting tidak mengandung kemaksiatan- untuk mau mendatangi majelis ilmu, untuk mau mendatangi masjid atau sholat berjama’ah, untuk mau menyadari bahwa diri kita ini bodoh, sehingga jangan ditambah lagi dengan hal-hal yang dapat merusak diri kita, hal-hal yang sia-sia, yang semua itu dapat menjadikan kita lupa tentang makna untuk apa kita hidup.
Terus dilakukan, jika kita memang sudah berpikir untuk aktiv dalam dakwah, aktivlah dan laukanlah dengan riil, jangan dengan khayalan!.
Lalu, jika kita beranggapan bahwa hal yang seperti itu, yakni hal yang kita bisa melakukannya setiap kita berjumpa dengannya, setiap harinya, yang jika kita menghitungnya maka ada berjam-jam untuk melakukan hal tersebut dalam setiap harinya, yang kita bisa mengetahui bagaimana keadaannya pada waktu berikutnya yang mungkin sudah mengalami perubahan sehingga kita perlu lebih dekat lagi dengannya, kita anggap sebagai sebuah cara yang tidak ampuh, maka apalah artinya sebuah film yang hanya 1-2 jam, yang tidak mengerti bagaimana keadaa masing-masing penontonnya setelah menontonnya.
Cobalah setiap masing-masing orang yang mengerti bahwa dakwah itu harus aktiv, untuk mulai mengajak orang-orang yang ia sanggup untuk menjangkaunya, ajak ia, nasihati dia, sayangi dia, cintai dia.

Imam Ar Razi rahimahullah berkata “Sikap lemah lembut dan kasih sayang hanya diperbolehkan apabila tidak menyebabkan pengabaian terhadap salah satu haq Allah. Jika sikap itu membawa kepada kondisi yang demikian maka tidak diperbolehkan.” (At Tafsirul Kabir 9/64 dan Gharaibul Qur’an wa Gharaibul Furqan karya An Naisaburi 4/ 107

eh, bener…film memang teknologi yang mencontoh orang-orang barat. begitu pula dengan weblog, kan? :mrgreen:

Hukum setiap barang itu mubah -kecuali ada dalil yang mengharamkannya- dan tergantung untuk apa ia digunakan dan bagaimana ia digunakan.
Meskipun diketahui, bahwa masih ada cara lain yang lebih bermanfaat. Namun, selama tidak ada maksiatnya tetap sebagai sarana yang mubah dan insya Allah dapat digunakan sebagai hal yang bermanfaat tergantung penggunaannya.

Wallahu a’lam.

ada yang keluar konteks nih kayaknya. saya jadi bingung. padahal saya menulis dalam bahasa indonesia, lho. atau mungkin ada yang nggak paham tentang SPOK di sini?

intinya: tau tentang strategi marketing ga, mas?
kalo kita mau seseorang mencoba produk kita, kitalah yang harus aktif mengkampanyekan kepada mereka tentang kehebatan produk kita. kalo kita cuma pasif nunggu orang nyobain beli produk kita, sampe kapan juga ya ga akan berhasil. nah, produknya itulah yang saya maksud sebagai teh, kopi, bioskop, tempat dugem, atau mesjid.

Sepertinya sampean yang ngga mudeng -tidak mengerti-, sudah saya katakan di atas. Dakwah memang harus aktif, buktikanlah dengan aktif. Namun, apakah berdagang yang anda maksud itu harus dengan curang, harus dengan berbohong, harus dengan mengurangi timbangan, agar dagangan cepat laku dan untung banyak?
Tentang bagaimana caranya, coba baca sekali lagi komentar saya sebelumnya yang merupakan salah satu dari banyak cara yang bisa kita gunakan tanpa perlu “membunuh” diri kita sendiri.

jadi, sekali lagi, strategi yang saya maksud di sini ini ya bukan tentang sifatnya. entah ente mau nawarin daun ganja ataupun kitab hadist, intinya ya entelah yang harus aktif mendekati calon pembeli di tempat calon pembeli itu, dengan bahasa calon pembeli itu. jadi yang saya bahas di sini adalah prinsip2 strategi pemasarannya; bukan tentang sifat barang apa yang hendak kita tawarkan. ini bukan tentang mana yang lebih baik dan lebih buruk di antara 2 barang. ini tentang strategi pemasaran sebuah barang, terlepas dari apa yang menurut anda lebih baik dan yang lebih buruk.

cara menawarkan supaya teh atau kopi yang lebih laku sama, mas: yang lebih aktif promosinya, itu yang lebih diinget calon konsumen.

Wah, payah juga sampean mas. Sebaiknya dibaca beribu-ribu kali komentar saya sebelumnya. Bahkan, kalaupun harus dicocokkan dengan teori berdagang anda itu, cara yang saya tawarkan -insya Allah- lebih mengena ke calon “pembeli”. Karena langsung, face to face.

cara menawarkan masjid atau bioskop juga sama, mas: mana yang lebih aktif promosinya, ya itu yang lebih diingat sama calon konsumen.

kayaknya, sampean salah nulis kalimat tuh. Kalau SPOK yang anda maksud seperti itu, berarti film Ayat-ayat Cinta itu bertujuan mempromosikan bioskop.

dan, awal diskusi kita adalah permasalahan tentang strategi pasif yang anda tawarkan. itulah yang bikin saya berucap bahwa anda itu naif; berharap bisa memikat hati calon konsumen cuma dengan berdiam diri dan bertahan dengan idealisme pasif anda sambil ngarep2 si calon konsumen mau sadar dengan sendirinya untuk mencoba produk anda. badalah…kapan “dagangan” anda bakal laku, mas, kalo kayak gitu caranya?

Kalau sampean yang tidak pernah peduli dengan kawan, tetangga, sahabat, atau orang dekat lainnya, itu yang disebut pasif. Karena, tidak mau menyampaikan kepada mereka ketika anda bersama mereka. Mungkin, memang anda tidak pernah mengajak atau memberitahu, atau sekedar menasihati secara terus menerus kepada mereka. Mungkin? Jadi, begitulah dalam bayangan anda. Anda yang pasif. Berdiam diri membenarkan kesalahan orang, berdiam diri menonton televisi.
Buktikanlah, coba baca sekali lagi dengan teliti komentar saya sebelumnya, atau kalau masih kurang jelas juga bilang ke saya pada point yang mana anda kurang jelas biar saya ringkaskan lagi dengan kalimat yang sejelas-jelasnya.

dan sama, mas. film juga selama nggak ada maksiatnya juga nggak pa-pa, kan, berarti?

Lagilagi…. saluran TV mana yang tidak ada maksiatnya?. Kalau memang ada silakan, tapi awas jangan ketika sudah masuk sholat tidak mendengar adzan.

anda menganggap saya mempertahankan saran2 yang penuh kemaksiatan? well, kalo gitu apa yang menurut anda maksiat dan menurut saya maksiat itu ternyata parameternya berbeda. inilah yang saya sebut sebagai “kepekaan” dalam menyikapi sesuatu hal.

Beberapa maksiat menurut saya, yang sampean -sepertinya- tidak menganggapnya sebagai kemaksiatan adalah:
1. Menampakkan aurat kepada orang-orang yang tidak disebutkan oleh Allah kehalalannya untuk melihatnya.

“Katakanlah kepada wanita-wanita mukminah, “Hendaklah mereka menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka serta jangan menampakkan perhiasan mereka kecuali apa yang biasa tampak darinya. Hendaklah pula mereka menutupkan kerudung mereka di atas leher-leher mereka dan jangan mereka tampakkan perhiasan mereka kecuali di hadapan suami-suami
mereka, atau ayah-ayah mereka, atau ayah-ayah suami mereka (ayah mertua), atau di hadapan putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau di hadapan saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka (keponakan laki-laki), atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau di hadapan wanita-wanita mereka, atau budak yang mereka miliki, atau laki-laki yang tidak punya syahwat terhadap wanita, atau anak laki-laki yang masih kecil yang belum mengerti aurat wanita. Dan jangan pula mereka menghentakkan kaki-kaki mereka ketika berjalan di hadapan laki-laki yang bukan mahram agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan dan hendaklah kalian semua bertaubat kepada Allah, wahai kaum mukminin, semoga kalian beruntung.” (An-Nuur: 30-31).

Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

“Mayoritas ulama menjadikan ayat ini sebagai dalil tentang haramnya wanita memandang laki-laki selain mahramnya apakah dengan syahwat atau tanpa syahwat.”

Al-Imam Asy-Syaukany rahimahullah- berkata: “Ayat ini menunjukkan haramnya bagi wanita memandang kepada selain mahramnya.” (Tafsir Fathul Qadir).

2. Adanya ikhtilath yang disengaja, bahkan dalam waktu yang lama tanpa hijab. Sehingga, tidak bisa disebut darurat.
“Dan apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari balik tabir. Cara demikian itu lebih baik bagi hatimu dan hati mereka.” (Al-Ahzab: 53).

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang sangat jelek” (Q. S. Al Isra 32)

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Sesungguhnya zina tidak khusus pengitlakkan hanya pada kemaluan, bahkan dia termasuk pengitlakkan atas apa-apa yang selain dari kemaluan baik mata atau yang selainnya.”

Dari dua bentuk kemaksiatan ini saja -sebnarnya masih banyak lagi-, apakah ia menganggapnya bukan kemaksiatan?

Wallahu a’lam!
Ternyata parameter kita memang berbeda.
Sedikitpun anda tidak pernah menyelaraskan yang anda katakan dengan sumber dari agama ini. Coba sebutkan saja dalil yang dapat membenarkan strategi marketing anda itu.
Sungguh, parameter kita memang berbeda.
La a’lam, wallahu a’lam,

parameter saya?
kondisi riil aja. untuk orang2 yang suka film, bicaralah dalam bahasa film. mungkin tidak mungkin kita berdakwah dengan mengadakan majelis ilmu di dalam bioskop. maka kenapa kita tidak berdakwah lewat film yang akan mereka tonton saja?

get real, ah, akh… 😉

tipikal dan kondisi kejiwaan orang2 jaman sekarang sudah berbeda dengan orang2 jaman nabi. tentunya kita juga ga bisa menerapkan metode yang sama plek dengan yang diterapkan di jaman nabi. tiap2 jaman selalu butuh penyesuaiannya sendiri2 😀

jangan terjebak dengan euforia islam abad pertengahan. yang harus kita lakukan bukanlah berkaca dengan memori kenangan jaman dulu. yang harus kita lakukan adalah membenahi apa yang ada di jaman ini. dan untuk itu, kita butuh strategi dakwah yang sesuai dengan kondisi jaman.

islam itu fleksibel, kok. setidaknya menurut saya. kalopun tidak menurut anda, saya masih berhak untuk bilang, kan, “siapa tau aja apa yang menurut saya juga sama dengan apa yang menurut Pencipta saya.”

silakan saja dibuktikan, ayat mana atau hadits mana yang mendukung seluruh teori-teori mas itu, kalau memang sama dengan apa yang menurut Allah.

siapa yang bisa tau kehendak sejati Allah?

mas, kalo anda bertanya tentang dalil strategi marketing, ya sama aja anda bertanya tentang dalil mana yang menyebutkan cara membuat pesawat terbang. ya memang nggak bakal ada, mas. kondisi ilmu keduniaan antara jaman nabi dan jaman skrg kan beda. ilmu itu juga berkembang terus.

tapi satu hal yang bisa diingat, nabi dulu juga pernah berdagang, kan? beliau keluar kota untuk menawarkan dagangannya. seandainya beliau mendekam dalam kamar sambil berharap tau2 ada orang yang datang buat belanja sama dia, sampai kapanpun juga dagangan nabi ya ndak bakal laku, mas. nabi sendirilah yang harus aktif menjajakan dagangannya. nabilah yang harus mendekati calon konsumennya.

Pendatang baru lagi, sama-sama tukang qiyas, tapi ngawur. Mas, kalau mau bicara dipikir dulu. Jangan asal ceplas-ceplos yang penting mirip. Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- memang bedagang. Namun, adakah dagangannya diiringi dengan kemaksiatan. Misalnya, biar dagangannya laku beliau berbicara bohong untuk menipu? Atau mengurangi timbangan?. Tidak ada yang dilanggar beliau dari perintah Allah.
Masalah harus aktif memang benar. Saya tidak mengatakan itu salah.
Cuma praktik aktif itu yang kadang jadi bermasalah.
Cuma sekedar aktif tanpa mempedulikan bagaimana aturan dari Allah.
Jadi, daganglah dengan baik dan benar seperti yang dicontohkan oleh rosululloh -shollallahu ‘alaihi wa sallam-

Assalaamu’alaykum!
Kepada semua komentator-komentator yang -katanya- menggunakan “akal” dan “hati”, bawa satu bukti bahwa “akal” dan “hati” anda berkesesuaian dengan kedua sumber Islam, yang jika kita berpegang kepada keduanya niscaya tidak akan tersesat selama-lamanya.
Bawalah satu bukti bahwa Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- pernah berdagang atau berdakwah dengan cara yang di dalamnya ada larangan Allah. Misalnya, beliau berdakwah dengan cara pura-pura menyembah Latta, Uzza, Manat, agar bisa mendakwahi mereka, para musyrikin.
Padahal sudah dikatakan bahwa Rosululloh apabila diberi dua pilihan maka ia akan mengambil yang paling mudah, selama tidak mengandung dosa.

lho, yang dipermasalahkan kan bukan cara mendagangkannya dengan maksiat atau bukan. yang saya tulis kan ttg metode dagang secara dasarnya dimana penjuallah yang harus lebih aktif kepada calon pembeli.

masalah anda menganggap film itu dagangan maksiat, toh itu cuma pendapat subyektif anda saja. masih banyak yang bisa melihat film sebagai sesuatu yang lebih luas lagi; tidak sempit. masih banyak yang bisa menganggap film adalah sebagai salah satu sarana dakwah.

siapa yang bisa menjamin bahwa film itu 100% menurut Allah adalah bentuk dagangan maksiat? siapa yang selama ini berkata seperti itu? Nabi? jaman nabi belum ada film? ulama2 yang (diaku2 dan ngakunya) pewaris Nabi? lho, memangnya ucapan mereka pasti dijamin benar? memangnya mereka maksum spt nabi?

selain itu di samping ulama2 itu, masih ada ulama lain yang berpandangan tidak ekstrim tentang manfaat film.

siapa ulama yang paling benar fatwanya, biarlah Allah yang memutuskan. bukan begitu? 😉

wah, orang bodoh bicara soal siapa yang benar biarlah Allah yang memutuskan.
Makanya, kalau baca pakai mata, otak, hati dan kerahkan seluruh panca indra sampean.
Jangan cuma pake mata + nafsu.
Udah dijelaskan bahwa ada Ayat-ayatNya yang secara jelas melarang beberapa hal yang pasti terjadi di bioskop-bioskop.
Baca lagi mas.
Dan ingat, Ayat-ayat Al Qur’an adalah Kalamullah. Sehingga apa yang disebutkan di sana merupakan keputusan Allah.
Apa Allah membiarkan makhluqNya tersesat dalam kebingungan mana yang benar atau yang salah?
Ingat, keputusan para ulama adalah ma’shum. Kecuali, keputusan ulama per orang, tidak ma’shum.
Allah tidak mengumpulkan ummatku (Nabi Muhammad) dalam kesesatan.

yang terlarang di bioskop kan jika ada kemaksiatan di dalamnya, kan? yang dilarang bukan filmnya, kan? nah, sedangkan apa judul postingan ini?

wah, jangan2 anda melupakan 1 panca indera anda ketika membaca dan menulis di sini 😆

Wah ini lagi.
Sekarang saya tanya kepada anda wahai orang yang banyak bertanya, yang tidak pernah mengharapkan jawaban melainkan untuk selalu mempertanyakan.
Mau filmnya atau bioskopnya, adakah dari kedua itu yang bersih dari larangan Allah?
Sekarang tentang filmnya, film ini banyak dikenal sebagai film da’wah. Sehingga, ketika dikaitkan dengan da’wah maka hubungannya dengan ibadah.
Maka perhatikanlah, lebih berbahaya mana…
1. Maksiat dianggap maksiat, sehingga hanya orang yang
hampir tidak ada imannya yang mau mengonsumsi kemaksiatan dengan sengaja bahkan terus meneerus.
2. Maksiat dianggap kebaikan, karena dianggap ada da’wah di dalamnya. Sehingga tidak hanya orang yang hampir habis imannya saja yang doyan terhadap kemaksiatan tersebut, tetapi karena ada unsur yang tersamar dengan kebaikan maka tidak hanya orang tersebut saja yang senang mengonsumsi, tapi yang sedikit waraspun akan mengonsumsi.
Jadi, ketika saya bicara soal bioskop, itu mencakup si film tersebut, selain isi filmnya yang banyak maksiatnya, juga akan ditayangkan di tempat yang banyak maksiatnya.
Jujur?
Gunakan panca indra sampean.

lho, skrg perkara tentang film itu dianggap maksiat, itu kan pandangan subyektif anda, tho? lha nyatanya banyak komentar yang isinya berseberangan dengan ide postingan anda.

Berarti, patokan anda adalah banyaknya orang yang mengatakan adalah sebuah kebenaran, sementara walhamdulillah, saya tidak berpegang kepada itu. Sehingga, memang parameter kita tentang pengertian kemaksiatan/kebenaran adalah BERBEDA-,

tapi nggak pa-pa, kok, kalo anda berkeras menganggap film ayat2 cinta itu film maksiat. yang jadi masalah ialah ketika anda memaksa orang lain supaya berpandangan sama dengan anda.

Dan andapun sepertinya sudah mulai memaksakan saya kepada pandangan anda. Sementara saya, hanya menyampaikan apa yang Allah sampaikan. Adakah anda menyebut dalil, baik Al Qur’an dan Al Hadits?. Sepertinya anda yang memaksakan PANDANGAN ANDA.

masih banyak orang yang bisa melihat suatu perkara secara lebih luas, mas.

toh nonton film ga harus di bioskop, kan (kalo bioskop dianggap sebagai tempat maksiat)?

Ya, karena anda masih menganggap nonton film itu hal yang wajar

lalu kalo diskusi kita berkembang ke arah yang mau menganggap gambar bergerak itu haram, wah, masih banyak juga ulama yang ga sependapat kalo gambar itu haram, lho.

oh ya, saya memang banyak bertanya, lho. karena itu saya memilih islam sebagai agama saya. seandainya saya nggak banyak bertanya tentang agama2 di dunia ini, boleh jadi saya yang sekarang ini bukanlah pemeluk islam.

Ya, jadilah sampean ini seperti bani Israil yang selalu bertanya. Namun, hanya untuk menyusahkan diri sendiri

islam anda sendiri anda pilih karena anda mencari jawaban atas pertanyaan tentang pedoman hidup yang jawabannya anda anggap paling benar atau hanya sekedar doktrin dan agama warisan dari orang tua anda karena kebetulan anda terlahir di keluarga yang memeluk islam?

Walhamdulillah, memang saya dilahirkan dalam keluarga yang memeluk Islam. Ketika orang lain harus bersusah payah untuk mengatakan bahwa kebenaran hanya ada di Islam. Dan Allah, Tuhan, Robb al ‘alamin, berfirman, “Sesungguhnya Ad diin (yang diridhoi) di sisi Allah, hanyalah Islam”.

jujur?

gunakan juga panca indera sampeyan 😆

lho, memaksakan? kan saya sudah bilang “nggak pa-pa” 😀

seperti bani israil? wah, biar Allah aja yang njawab apakah saya seperti itu atau bukan. jangan sok tau tentang saya, ah. takutnya menurut anda saya ini kayak bani israil tapi menurut Allah malah andalah yang kayak bani israil :mrgreen: semoga aja nggak kayak gitu, ya? hahahaha. eh, jadi kayak bani israil itu salah ya? musa juga bani israil, lho, hohoho…

kalo bertanya itu nggak boleh, lalu menurut anda gimana kalo orang non-muslim itu juga ga banyak tanya2? gimana kalo mereka nggak mempertanyakan ajaran agamanya sendiri tanpa perlu banyak nanya dan waton patuh? kira2 adakah dari mereka yang bakal mencoba mencari jawabannya di islam kalo mereka nggak banyak tanya?

ASSALAMU ALAIKUM

MEMANG BENAR ARTIKEL DIATAS
TAPI
JIKA ANDA BERPIKIR
MENGAPA HANYA ORANG – ORANG YANG BERIMAN DIDEKATI OLEH SYAITAN
SEMENTARA ORANG YANG TAK BERIMAN …………………..
JAWABNYA KARENA
SEBAGIAN DIANTARA KALIAN TELAH MENJADI SEBAGIAN DARI MEREKA (SYAITAN)

SOAL AYAT-AYAT CINTA……
TIADA SALAHNYA MEMPELAJARI DAN MEMAHAMI PADA NOVEL.. SEMUA ITU TERGANTUNG PADA
BAGAIMANA ANDA MENGENDALIKAN EMOSIONAL DAN HAWA NAFSU TERHADAP APA YANG ANDA LIHAT………..

salam kenal..
artikel yang bagus, saya setuju sama anda…

Ass., mas Lukman..
(bacanya pelan-pelan, jng terbawa emosi)

Ma’af, kalau saja saat ini saya emosi, mungkin saya akan hapus komentar ini yang tidak lengkap dalam mengetik salam, sehingga artinya bagi orang yang tidak tahu maksudnya sangat tidak bagus. Ass. <<< Assalamu’alaykum.

Sya kurang setuju dengan pernyataan mas Lukman tentang nonton bioskop HARAM…
jujur saja sya suka nonton ke bioskop walaupun ngga terlalu sering…tapi saat sya berada di bioskop sya selalu mencoba untuk tidak bersentuhan dngan laki-laki yg bkan muhrimnya. dan bukan berarti saya meninggalkan sholat 5 waktu…krn sebelum filmnya ditayangin sya selalu menyempatkan waktu untuk sholat 5 waktu bila memang saatnya…
menurt saya..kalau seperti itu tidak apa-apa..(tidak menjalani sesuatu yang HARAM,,menurut sya)
maaf kalau sya terkesan sok tau…

film apa yang kamu lihat? Adakah film yang tidak melanggar syariat yang pernah kamu lihat di bioskop?

tapi sya hanya sekedar mengingatkan bahwa di dunia ini tidak ada yang berhak untuk menilai sesuatu,, hanya ALLAH yg berhak…manusia hanya bisa memberikan nasehat…

oia sya mau ngasih sran jga..
mas Lukman sebaiknya tulisan di atas dirangkai dengan tulisan2 yang sopan dan indah,,agar tidak membuat orang lain emosional…

jujur saja awalnya sya sempet emosi..tapi setelah saya membaca keseluruhan..sya mengerti maksud mas Lukman

ALLAH MAHA Mengtahui segala yang ada di dunia ini, dan smoga senantiasa ALLAH menjauhkan kami yang beragama ISLAM dari malapetaka,,serta memberikan ptunjuk dalam melindungi agamaNYA terhadap kemaksiatan…

Amin

Wass.. <<<Maksudnya, wassalamu’alaykum.

Wa’alaykumussalam warohmatulloh.

Sedikit saran dari saya, sebaiknya kalimat salamnya dirangkai atau dilengkapi dengan tulisan yang jelas maksudnya. 🙂

kenapa pada emosi nihhh

Saya tidak pernah ke bioskop kenapa? pernah sekali setelah itu dimarahi habis2an oleh ibu saya.

bioskop tempat gelap, gelap tempat setan, setan meminta orang2 tersesat dengan menonton film cinta picisan berkedok agama?

cukup orang baca novel saja, untuk apa ditayangkan?

para wanita muda tersenyum sambil berandai2 yang tiada artinya. padahal andai adalah jalan setan.

Habib adalah (Mode : On)

menggenaskan

(Mode: On)

Mohon ma’af.

Kesimpulannya, Islam itu cuma bagi mereka yang datang ke mesjid dan paham ilmunya. Yang lainnya mah, silahkan aja masuk neraka. Begitu ya?

Bukan begitu maksudnya. Tapi kalau ia tidak pernah mau masuk ke masjid dan tidak pernah mau berusaha untuk memahami ilmu agama, padahal ia mampu untuk mengusahakannya, semoga Allah memberi kita petunjuk.

Jangan lupa bagaimana dahulu para wali berdakwah melalui seni dan budaya.

wallahu a’lam.

Assalamu’alaikum.
Postingan yg bagus dn menarik. Coba dikirim k Mas Hanung Bramantyo & Kang Abik. Cuma judulnya jgn ada unsur “Ayat-Ayat Setan”, kasian nanti mereka miris dan malah menganggap tulisan ini melampaui batas. Zaman Rasulullah musik dan teater udah berkembang dan jd kegemaran kaum Quraisy tp ga dijadiin sarana dakwah oleh Rasulullah. Camkan itu!!!!!!

Assalamu’alaikum.
Sbg tambahan krn saya cukup setuju dgn artikelnya. Saya mw komentarin commentnya aj.
Commentnya hmcahyo sbgmn comment para hizbi lainnya ya selalu mengait2kan perbuatan bangsawan Arab Saudi (yg barangkali terlihat dikategorikan maksiat) dgn manhaj salaf (yg notabene dipegang oleh mayoritas ulama Saudi) padahal aslinya ya ga ad kaitannya. Perbuatan bangsawan ya perbuatannya bangsawan sedangkan ulama ya ulama. Pertalian mereka hanya sebatas taat (dlm perkara selain maksiat) dan nasehat sbg sesama muslim yg insya Allah telah dilakukan oleh para ulama tanpa harus kasih tau khalayak ramai. Camkan itu!!!!
Trus buat mas Lukman Hakim commentnya si moshe (dah ketauan namanya aj kayak namanya Moshe Dayan sang pembantai muslim Palestina)dibuang aj jauh2. SEKALI LG JAUH-JAUH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

assalamu`alaykum warahmatullahi wabarokatuh
saya nulisnya dah lengkap lho…

kalau cara dakwahnya dah serem kaya gitu…
beneran
jujur
saya jadi takut sama islam…
bagaimana orang yang mungkin anda sebut `awam` mau mempelajari ilmu islam kalau dikit2 `haram` dikit dikit `kafir` dikit dikit `bidah`
kenapa sih gak dikaji lebih mendalam?
apa anda sudah merasa paling benar?
saya cuma ingin mengingatkan…
yang merasa paling benar tuw, namanya sombong lho mas…
mbok ya.. dikasih pengertian yang penak aja.. dan anda juga harus mengkaji lagi ya…

usaha apa yang sudah anda lakukan untuk berdakwah untuk orang ‘awam’???

sedikit pengalaman ya… ini realita.. suatu saat bapak saya mengetahui ada salah satu muridnya yang suka bolos karena berjudi… dah dipanggil buanyak kali sampek bapak saya bosen deh ngomelin anak itu aja, dipaksain ma bapak saya disuruh solat dhuhur bersama, ya solat, tapi ya besoknya kabur lagi…
namanya juga guru, ya pasti sayang banget sama muridnya, senakal apapun, gak pengen muridnya jadi penjudi, suatu saat muridnya itu bilang `bapak aja yang gak pernah ngrasain enaknya judi,makanya sirik nglarang2`
suatu hari bapaku ikut pasang taruhan di tempat judi, beneran mas, tapi dasar bapaku tuw pinter, dipakelah rumus probabilitas buat modal taktik, dan menang terus…
sampek bandar judinya tutup, tau gak, bandarnya tobat, muridnya tobat juga..
saya juga cuman melihat realita…
jangan cuman main dalil sama omong doank…

wassalamu`alaykum warahmatullahi wabarakatuh

[…] Link terkait: Kepada yang tersakiti hatinya Ayat-ayat Setan berkedok Ayat-ayat Cinta […]

[…] Film Ayat-ayat Cinta -sebuah bahan renungan- Ayat-ayat Setan berkedok Ayat-ayat Cinta […]

assalamu ‘alaikum, ustadz saya mau tanya. apa hukumnya ngeblog? terima kasih atas jawabannya. wassalamu ‘alaikum.

assalamualaikum warahmaullahiwabarokatuhu.
saya tertarik dengan artikel yg anda posting, dan saya adlah salah satu org yang tergugah dari per andaian yang menguasai saya ketika berhasrat ingin menonton film itu. memang benar apa yg dikatakn sama yg punya blog. sbenernya msih bnyak hal2 yg baik yg bisa kita lakukan daripada mengerjakan yg tdk penting.sbnernya klo bleh saya bilang, hal2 seperti itu (nonton film) terkadang jadi toughut (maaf klo tulisannya salah). bahkan berpengaruh pada tidak khusyuknya solat kita. dan yg lebih parah lagi solat kita jadi molor dengan alasan tanggung filmnya sebentar lagi mau habis. Saya sangat tersentuh dengan artkel mas, tapi klo saya boleh saran kedepan kemasan artikelnya jangan terlalu ekstrim, biar orng2 tidak emosi. Rosul pun dalam berdakwah tidak sekeras itu. jadi buat mas admin berdakwah itu harus pelan2, sabar, dan jangan sampai menyakiti perasaan orang lain. mungkin artikelnya bisa dikemas menarik tanpa harus menghilangkan muatan-muatan yang harus ditekankan. jujur saya setuju dengan pendapat anda, tapi tolong kemasan arikelnya di perbaharui lagi, shingga tidak bnyak orng yg tersakiti hatinya. terima kasih, maaf klo bnyak salah. Allahu’alam. wassalamualaykum

akhi..sikap seorang da’i tidak seharusnya memVONIS.
bisa jadi mereka yang ’sufi’ (suka film) menjadi orang suka masjid jika didakwahi dgn simpatik dan santun, bukan dihakimi dan divonis penuh emosi, ya kaburr semualah..akhirnya yg tinggal cuma kita sendiri yg merasa paling saleh dan paling jauh dari maksiat
tolong direnungkan akhi..

Marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita ke pada Allah SWT….

Dan marilah kita pelihara Hati kita masing-masing apalagi kepada sesama umat Muslim, yang mana Allah tidak akan meridhoi surganya untuk dimasuki oleh orang Muslim yang punya prasangka buruk terhadap saudaranya (sesama muslim)

Wassalam….

Wah… jadi yang dipermasalahkan filmnya atau masalah penayangannya nih? Saya nonton di rumah, bareng suami, ngga pake ninggalin sholat. Trus??? Salah??? Klo menurut saya film ini bagus banget untuk ukuran Indonesia yang belakangan ini hanya bisa menjual hantu dan pornografi (film sebangsa ‘Kawin Kontrak’ dsb).

InsyaAlloh dengan menonton filmnya masyarakat awam (yg Islam namun jauh dari nilai Islam, msh buanyaaaak bgt lho di Indonesia, apalagi Jakarta) jadi punya keinginan utk tahu Islam lbh dalam. Jadi tau bhw sbnrnya dalam Islam, klo mau ‘enak2’ ya harus nikah dulu. Minimal jd punya keinginan utk baca bukunya.

Alhamdulillah ada orang2 yg bisa bikin film berkualitas drpd orang yg cm bisa ngomong doang tp ngga ada kontribusinya utk ngajak org awam, hanya bisa ngoceh scr eksklusif/cm utk org yg sudah ‘mengerti’ Islam. Klo emg mengerti Islam (mengerti tanpa tanda kutip) mestinya lbh bisa memahami kondisi muslim Indonesia saat ini.

ngapain seh jadi ribet,.. klo yang mau nonton ya nonton aja tuh,.. klo ngga ya sudah ga perlu nonton,….
begini saja kok repot….

wah terus terang membaca cara Mas Lukman membalas komentar “dekisugi” dan “pacarnya zaskia mecca” kok malah membuat saya hilang simpati terhadap Mas Lukman.
Maaf beribu maaf mas, ini kesan pribadi saya, kok kayaknya Mas selalu merasa diri benar dan semua orang yg bertentangan dengan anda dianggap sepenuhnya salah. Di tulisan anda yg lain anda bilang anda orang yang terbuka pada kritik dan akan mencoba menjawabnya dengan bahasa yang sopan, tapi yang saya temukan disini kok tidak seperti itu ya. Maaf kalau kesan saya ini salah. Anda bahkan dengan mudah “mem-Bani Israil-kan” dan “membodohkan” orang lain.
Mungkin ilmu agama anda tinggi Mas, tapi jika seperti itu cara anda “berdakwah”, boro2 datang ke masjid, bisa2 orang pada kabur semua. Mudah2an judul blog ini “ruang hakim” bukan jadi ajang untuk menghakimi bahwa orang lain yang berbeda pendapat dengan anda sebagai orang yang salah. Mohon maaf juga jika saya salah ‘menghakimi’ anda.

Salam
Orang Betawi yang fasih bahasa Uruguay

Ma’af, saya kalau berkomentar melihat-lihat kapasitas yang memberi komentar. Saya sudah sering melihat “dekisugi” dan “pacarnya zaskia mecca” di blog-blog lainnya. Mereka sangat senang dalam berdebat. Maksudnya, yang mereka cari bukan jalan keluar. Melainkan, hanya senang mendebat. Begitu pula yang sering sekali saya lihat komentar-komentar dari mereka pada blog-blog yang menjelaskan masalah Islam. Mereka terlihat begitu meremehkan maksiat, dan pemikiran bahaya lainnya. Saya berharap semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka, dan kepada kita semua.
🙂

Wah Wah Wah…..
Ngapain juga juga ngeributin film terbaruku. Pake acara bodoh2in sesama muslim lagi.. Gak jamannya broooo…. Tuh, situ2 semua diketawain sama Israel.. Kalo memang menurut situ2 semua film terbaruku itu salah, protes aja ke MUI sekalian bilangin alasan2 situ. Mereka kan ulul amri, biar mereka yang ngurus mau ditarik apa nggak filmku itu.
Lihat di sekeliling situ, indonesia dikepung banyak musibah, sodara2 kita lagi susah tuh… kenapa nggak bergerak yang nyata untuk mereka.. KENAPA SITU2 CUMA NGOMONG TENTANG MORAL BROOOO…. BERTINDAK NYATA DAN MEMBANTU MEREKA YANG LAGI SUSAH JAUH LEBIH BERMORAL DARI SEKEDAR NGOMONGIN MORAL BROOOOOO…. SADAR SEMUA BROOOOO…..
Astaghfirullah…

mari kite bareng-bareng nyari ilmu

berbeda pendapatlah tapi jangan berpecah belah 🙂

memangnya anda yang bisa menilai benar/salah?
memangnya anda siapa? anda juga bukan Allah yang selalu sempurna. jangan selalu memandang diri anda yang paling benar dan menutup diri akan pembaruan2 yang ada.
lagipula kalau memang ada yang beda pendapat dengan anda bukan berarti dia bersalah dan berdosa. anda yang hendaknya membuka mata dan pandangan anda untuk perbedaan yang ada.

aduh, mas maaf nih nyloncong. numpang bales komentarnya mba adinda. plis, gpp yah?
mba adinda yang terhormat, kayaknya yang mas lukman tulis bukan menurut dia deh. tapi, coba aja liat di atas, ada ayat al quran dan juga ulama yg ngomong. makanya mba, buka mata dan pandangannya.
maaf lho mas, saya yg jawab.

Setiap orang berhak untuk ‘memilih’. Orang yang seiman saja bisa saja berbeda dalam ‘pilihan’nya.
Seandainya film Ayat-Ayat Cinta dirasakan oleh Anda tidak baik, itu adalah pilihan dari Anda dengan berbagai alasan dan penjelasannya dan saya yakin orang lain juga akan menghargai pilihan Anda juga. Sbelaiknya seandainya film Ayat-Ayat Cinta dirasakan juga oleh orang lain sebagai pilihan untuk ditonton, sebaiknya juga dihargai.

Afwan, akh Wisnu.
Sekarang, tanya pada diri kita masing-masing dengan obyektif tentunya, apa arti dari ayat-ayat di atas?
Saya hanya berusaha mengingatkan dan menyampaikan. Karena memang itu yang diperintahkan, mengenai penghargaan terhadap saudara kita, tentu harus disesuaikan dengan yang seharusnya.

Wallahu a’lam.

Mas, coba degh lebih ditingkatkan lagi usahanya selain dengan tulisan.
Kalo ada rezeki waktu dan kesempatan langsung aja dateng ke bioskop yang memutar film Ayat-Ayat Cinta dan langsung berbicara dengan yang akan menonton.
Dengan alasan, analisa dan kekritisan Mas dalam menyoal film Ayat-Ayat Cinta…sangat wajar kalo Mas lebih ‘berbicara’ langsung bukan saja dengan tulisan.
Gimana Mas ?

Jaman sekrg, g perlu brbelit2 n brkomentar yg blum tentu bisa diterima oleh semua orang…

Gw Muslim juga
Gw liat film AAC
diambil baek nya aja..
tapi bukan b’rarti gak tau sisi buruknya
atau kelemahannya.

titik.

Assalamualaikum

Wa’alaykumussalam warohmatulloh

mas Lukman, klo film The Messenger tuh kan juga pernah di bioskopkan. gimana dunk?? apa juga haram klo kita ngeliat di bioskop?? saya juga punya DVD-nya Iraq under attack, apa itu juga haram??

atau jangan-jangan (moga aja nggak) anda menonton Ayat-ayat Cinta versi bajaknnya, soalnya nggak mungkin kan anda nonton yang asli di bioskop! klo emang anda liat bajakannya, berarti anda mendukung pembajakan dunk! Maksiat lagi dunk!!

saya coba katakan kepada anda, film ini (AAC) bercerita tentang hakikat. maka jika dilihat dari sudut syariat, maka sangat dimungkinkan film ini dianggap salah kaprah. so pandanglah dari sisi esensi film.

saya tahu betul bahwa dakwah islam memang harus berdasarkan al-qur’an dan as-sunnah, tp bagaimanapun thoriqoh-nya ya disesuaikan dengan kondisi sekarang. dulu, jaman nabi, belum ada blog islami. trus, klo dulu dakwah nabi tidak memakai blog islami, apa sekarang juga nggak boleh? apa blog itu juga haram?? dan lagi-lagi, apa dakwah lewat film juga haram?

Ma’af, musik dan sandiwara sudah ada pada masa rosululloh. Bahkan, cukup banyak juga yang menyenangi tarian-tarian dan sandiwara. Tapi, rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menggunakannya. Bahkan, banyak riwayat yang menyatakan bahwa rosululloh melarang memainkan musik. Untuk masalah blog, ada tulisan saya yang membahsa tentangnya.

Mas, film The Messenger yang menceritakan shirah Rasulullah SAW, itu buatan orang Yahudi lho!!! Yang jadi Nabi Muhammad itu orang Hollywood mas!!! Apa karena yang bikin film itu orang “kafir”, terus secara mentah2 kita bilang itu haram??

Film tersebut dipandang buruk bukan hanya karena dibuat oleh orang Yahudi (wallohu a’lam), tapi karena memang dalam pembuatan film itu banyak melanggar syariat.

tolong anda jangan menilai sesuatu secara subyektif. berpikirlah objektif. Pikirkanlah!!!

Semoga Mas Lukman slalu dicerahkan hatinya oleh Allah SWT. Nggak asal-asalan mengkritik sesuatu!!

Ma’af, sesuatu bisa disebut asal-asalan karena beberapa alasan, di antaranya:
1. Tidak ada dasar dalam mengkritik
2. Menuruti keinginan pribadinya
3. Hanya sekedar ikut-ikutan banyak orang
(wallahu a’lam)

Amiiieennn

[…] Cinta -Lebih Berbahaya Dari Film Maksiat sebuah Analisa dari Ustad Lukaman”. Ada juga Ayat-ayat setan berkedok ayat-ayat cinta Wah gak jadi nonton yen ngono. Tapi akhirnya saya coba cari lagi komentar yang agak positif, […]

Moga2 Mas Lukman cepat tobat ya…..

assalamualaikum warahmaullahiwabarokatuhu.
bilang apa seh sama2 blom pernah mati ajah loh, kecuali klo om lukman dah pernah mati trus dah liat surga trus hidup lagi trus bilang ini ituh, yah boleh lah!!!
ilmu padi ajah kata orang jaman dulu

Ma’af, saya kalau berkomentar melihat-lihat kapasitas yang memberi komentar. Saya sudah sering melihat “dekisugi” dan “pacarnya zaskia mecca” di blog-blog lainnya. Mereka sangat senang dalam berdebat. Maksudnya, yang mereka cari bukan jalan keluar. Melainkan, hanya senang mendebat. Begitu pula yang sering sekali saya lihat komentar-komentar dari mereka pada blog-blog yang menjelaskan masalah Islam. Mereka terlihat begitu meremehkan maksiat, dan pemikiran bahaya lainnya. Saya berharap semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka, dan kepada kita semua.

mereka? ah, jangan khawatir, mas. mereka berdua yang anda sebutkan di atas dan saya bahkan adalah 1 orang yang sama :mrgreen:

perihal saya senang berdebat, itu memang betul. saya memang senang berdebat dengan oknum yang mengaku muslim tapi menjelek2an muslim lainnya 😉 nggak sreg aja kepada mereka2 yang merasa seperti sudah memegang tiket masuk surga sedang yang lain, yang tidak sependapat dengan mereka, dipandang terancam dengan siksa neraka

tentang kapasitas? well, apa parameter anda dalam menilai kapasitas saya? 😀 IQ? EQ? atau SQ?

“Adakah film yang tidak melanggar syariat yang pernah kamu lihat di bioskop?”

Film kartun

“Bahkan, di sana ditampilkan gambar-gambar. Padahal, Allah melarangnya.”

Haramkah internet yang juga memfasilitasi penayangan gambar-gambar, bahkan gambar itu sangat melanggar syariat?

Hmmm saya jadi bingung, Pantas bangsa Indonesia tidak maju-maju lah wong kita sendiri nggak mau menghargai karya bangsa. Seharusnya kita memandang sesuatu hal dari yang baik maupun yang buruk. Tapi nampaknya penulis lebih menonjolkan yang buruk ketimbang yang baik. Nah celakanya sifat ini banyak tumbuh dikalangan kita sendiri, kamu muslim, hanya mencari-cari kesalahan tanpa memperhatikan kebaikan yang di bawa. Mungkin karena kesalahan lebih mudah didapat dibanding kebaikan. Atau memang karena kebaikan itu sulit untuk diungkapkan. Apa benar generasi muslim saat itu seperti itu? Coba penulis memberikan perbandingan kebaikan dengan keburukannya.

Bangsa itu maju atau mundur bukan dilihat dari bagaimana mereka mengahargai karya bangsanya. Namun, jika masing-masing pribadi mau benar-benar menghargai agamanya. Semoga akan aman dan sejahtera, seperti di KSA sana. Meski disadari, di KSA pun masih terdapat kesalahan.

Terimakasih Mas atas pencerahannya. Ada beberapa hal yang ingin saya tambahkan.

1. Saya setuju dengan uraian mas tentang kenapa sebaiknya kita tidak menonton. tetapi 1-2 alasan yang mas sampaikan secara syar’i masih menjadi perbedaan pendapat para ulama. Kecuali Mas memang tidak mau menerima perbedaan pendapat itu.

2. Mengenai mengajak yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, tentu ada caranya. Ada hikmah dan mau’izhatil hasanahnya. Kita bisa lihat bagaimana pintar dan halusnya orang mengajak kepada keburukan, sampai-sampai kebanyakan orang tidak menyadari. Kenapa kita tidak mencari jalan seperti itu juga. Saya pikir dengan berkata “inilah dari qur’an dan hadist, yang lain bathil. Jika tidak mau menerima seruan ini, sungguh hidayah itu datang dari Allah, sedang rasul saja tidak mampu memberi hidayah”. Saya pikir ungkapan seperti itu hanyalah ungkapan orang yang mau cuci tangan saja dari kemasiatan yang ada di sekelilingnya. Tidak mau benar-benar terjun untuk benar-benar mengajak mereka dengan cara yang baik dan pintar. Sebagai contoh, “tuh filem, sinetron, tv isinya kasiat semua, haram dan harus ditinggalkan”. Lah orang TV sinetron, dan film punya sejuta cara yang halus untuk mengajak orang. Kenapa tidak mengajukan acara alternatif, yang lebih menarik sehingga orang bisa meninggalkan hal-hal yang haram tadi. Dan banyak lagi contoh yang lain yang bisa kita lihat.

Wassalam,
Topan

Saya benar2 tak habis pikir dengan blogger (muslim?) macam Anda. Berhubung saya enggan beradu argumen, begini saja lah, anda bandingkan esensi novel ayat-ayat setan dengan novel ayat-ayat cinta. Sebab judul postingan Anda terlalu main pukul rata, alias menggeneralisasi, entah film atau novelnya yg anda generalisasi.
.
Benar2 “main hakim” sendiri.

siapa sih yang dangkal?????
bukankah semua manusia memang diciptakan untuk menjadi dangkal……
kalo ga ya jadi Tuhan aja…..iya to……
to all stupid human….i love u all……Allahu Akbar

BTW mas lukman…pake windows bajakan ap yg asli… (maaf gak nyambung bgt) syukur 2 pake linux….yg gak ada bajkannya…mas klo pake software bajakn maksiat gak ya….

bacot doank semuanya. sudah diem.. LOCK LOCK, mod lock plz.. thx.. ^^

aac cuma fenomena ekspresi narsisme dari penulisnya yang dikemas dalam eksibisme kesalehan

Yang Punya Blog ini siapa ya…? Lukman?….Ustaz Kah…Masya Allah …..Luqmanul Hakim yang kalo seperti disebutkan dalam Al qur’an sebagai ahli hikmah. …….Tapi kamu koq bicaranya omong kosong….?
Kamu maen internet dimana? rumah pake wifi? ato warnet….?
saya yakin setiap kamu mengakses sepuluh halaman web pasti 6 diantaranaya adalah situs porno…ha ha ha….jangan sok suci laaaa…..Boleh berpendapat tapi jangan menghakimi orang dan merasa benar sendiri………….Sebab orang yang mengkafirkan orang lain pada hakekatnya dialah yang kafir…..
Jadi saya berkesimpulan bahwa Lukman Pemilik Blog ini adalah Seorang Kafir sama seperti saya……Dan sama sama orang kafir dilarang saling mengkafirkan…LOL

Assalamu’alaykum.. wr.wb.

Sebetulnya dilihat dari sisi yang anda pegang teguh memang benar. Tapi kita juga harus melihat sisi lain (dengan tidak melanggar syariat juga tentunya).
Misalnya dari sisi bahwa di masjid lah tempat yang paling baik memang sangat benar, tapi “istilah” marketing yang disebut salah satu komentator diawal2 juga tidak salah.
Kita tahu bahwa bioskop sangat rentan dengan hal-hal yang tidak baik. Tapi bukan berarti kita langsung memvonis tempat itu buruk (harga mati), sehingga kita tidak akan bisa memberikan mereka suatu hal yang bisa membuat mereka tergugah hatinya.
Dan hidayah itu datangnya dari Allah bukan? Kita tidak bisa membuat mereka semua untuk langsung menjadi orang yang beriman.

Mungkin saja ada orang yang bisa mendapatkan hidayah setelah menonton salah satu film, atau misalnya ada kejadian di bioskop tersebut yang membuat dia insyaf? Kita semua tidak bisa memastikannya.
Andaikan dia mendapat hidayah di tempat itu, apakah kita dapat memastikan bahwa keimanan dia hanya “segitu” saja 🙂

Dan lagi sebaiknya anda lebih menghargai pendapat orang lain (akan terlihat lebih bijak) dan tidak langsung memvonis mereka, walaupun mereka agak kasar (atau mungkin terkesan tidak menghargai anda).

Bukankah itu akan memperlihatkan lebih jelas indahnya Islam dan baiknya akhlak anda :)?
Dengan anda berpendapat bahwa “anda akan menjawab sesuai dengan kapasitas orang yang berkomentar”, bisa jadi anda (mungkin secara tidak langsung) ber suudzon terhadap mereka.

Ini hanya opini saya sebagai orang awam. Karena ilmu agama saya masih jauh.

mas Lukman gini ya :

1. Islam itu agama yang rahmatan Lilalamin, agama yang didesign buat segala jaman alias agama yang flexible.

2. Terlalu su udzon ama film ayat2 cinta

3. Belajar Menghargailah Mas Lukman, Belajar melihat orang lain senang..

film2 sekarang khan banyakan yang pocong2an, mistis, sex, hedonisme… mbo klo ada orang yang mau bikin 1 film aja tentang tema religi kok malah di jatohin… Hargailah… Sudah syukur ada sutradara yang mo bikin film bertema religi

4. klo bioskop dianggep haram. Gimana dong filmnya om Dedy mizwar

5. Sudahlah mas Lukman, istighfar anda harus banyak belajar lagi tentang Islam dan indahnya Islam, jangan cuma menghujat2 dan menghujat.

Itu dia kuncinya, AAC dianggap film religi ISlami. Sehingga, perlu mendapat tanggapan serius. Mengenai film-film mistis, sex, atau yang lainnya bahwa peminatnya lebih menganggap sebagai film hiburan biasa. Saya tidak tahu bagaimana isi dari film2 tersebut. Saya pernah melihat film mistis, seperti film2nya Susana. Aneh memang, maksud mereka itu apa membuat-buat hal-hal seperti itu. Dibilang mau menghancurkan bangsa ini, tapi banyak yang menganggap sebagai “Karya Bangsa”. Dianggap sebagai karya yang positif, dari sisi mananya engga ngerti.
Dan sekarang muncul Film Ayat-Ayat Cinta yang diambil dari Novel Ayat-Ayat Cinta. Yang lebih mengedepankan nilai-nilai moral yang diusung agama Islam. Namun, isinya sendiri (adegan-adegan), bertentangan dengan tema yang mereka usung. Kalau ditanya, film seperti apa yang sesuai dengan syariat? Salah satu jawabnya, apakah kita terpaksa dengan membuat film untuk berdakwah? Padahal kita semua sadar, bahwa kuncinya adalah sabar. Tidak semua orang bisa dengan mudah menerima dakwah islam ini. Karena memang sejarah telah membuktikannya. Ada nabi yang tidak punya pengikut satu orangpun. Ada nabi yang keluarganya sendiri saja susah untuk diajak ke dalam Islam.
Lantas, tiket apa? Bonus apa? Gelar apa? Pangkat apa? Kedudukan apa? yang menyebabkan kita sah-sah saja melanggar aturan demi tercapainya sebuah aturan. Bingungkan? Ya begitulah. Kalau cuma nafsu yang dikedepankan. Menurut saya. menurut pikiran saya. kayaknya. sepertinya. kira-kira. ah, ngga apa-apa kali yah?.
Ini, yang sebenarnya merupakan simbol kelemahan umat Islam itu sendiri. Umat Islam tidak lagi memiliki karakter yang kuat sebagai umat yang memegang teguh agamanya. mudah terombang-ambing. Bahkan mungkin, sampai pada tingkat menganggap bahwa semua agama itu, adalah benar. Bagaimana tidak, yang menurut mereka sebuah agama hanyalah yang menurut mereka baik.
Kalau saya berbicara tentang Film Ayat-ayat Cinta, dengan segala keburukannya. Ya…., saya tidak mesti menulis atau menilai seluruh film yang ada. Habis waktu atau tempat di blog saya untuk membicarakan hal-hal yang memiliki sifat yang hampir sama.

Saudara Lukman YTH,

Sangatlah bijak bila anda berpikir baik atas apa yang menjadi pijakan sebuah nilai baik yang tengah menjadi kesepakatan di tengah masyarakat. Termasuk cara pandang anda dalam menilai filem Ayat-ayat Cinta sebagai “filem Aya-ayat Setan berkedok Ayat-ayat Cinta”, semoga para peminat serta pembuat “Ayat-ayat Cinta” tidak tercederai hatinya oleh kehilafan anda, renungkanlah….
Saya berpendapat sikap berpikir serta berpendapat anda menyudutkan seorang anak bangsa bernama Hanung Bramantyo merupakan pelecehan. Dalam forum ini saya merupakan penambah pemberi pendapat yang menginginkan keadaan hubungan kemanusiaan antar anak bangsa Indonesia ini menciptakan rasa saling menghargai. Saya sangat prihatin rasa kebangsaan ini tercabik hanya karena pemikiran yang satu (anda) memicu perbenturan dengan yang lainnya dalam bentuk permusuhan. Lelah rasanya Citra Islam ini dicabik-cabik, saya merasa harus mempertautkan ketercabikan tersebut. Sedih rasanya sebuah usaha yang mencoba membangun citra baik Islam disalah telaahi oleh seorang terhormat sekaliber saudara Lukman. Terenyuh hati saya mencermati celotehan saudara yang “merasa paling benar” tetapi “tidak benar merasakan”.
Sedih rasanya saya yang hanya bisa merasa sedih tanpa mampu berbuat hal yang berarti atas apa yang terjadi di Palestina, Irak, Afganistan, Iran serta wilayah Timur Tengah dan Afrika umumnya yang sebenarnya daerah muslim. Tetapi saya masih bangga karena mampu menghargai para anak bangsa yang mampu berbuat kecil seperti Hanung Bramantyo dimana dengan setitik citra Islam terperbaiki.
Saudara Lukman YTH semoga renungan saya yang merupakan “renungan atas renungan” Ayat-ayat Cinta ini tidak mencederai hati anda. Akhirnya, hanya permohonan maaf saja yang dapat saya sampaikan kehadapan saudara atas tulisan saya ini.

Hormat saya,
Dredy Suhendar.

Kalau saya pernah berbicara bahwa Hanung Bramantyo adalah orang yang suka beromong kosong tentang Tuhan, itu bukan tanpa dasar. Sebelum saya menulis artikel tentang Film AAC, saya mempelajari blognya. Dan saya dapati pada sebuah kolom khusus di blog Hanung Bramantyo, dia menulis bahwa dia senang dengan orang yang suka beromong kosong tentang Tuhan. Apa maksud dia, saya tidak tahu. Yang jelas, terdengar begitu tidak mengenakkan dibacanya. Apalagi ketika dia sedang menggarap film yang dielu-elukan sebagai film islami. Kitapun lelah ketika Islam ini terus dipromosikan dengan cara yang tidak semestinya. Islam itu tinggi.

6 kali menonton AAC….begitu menginspirasi…..

Lukman, kamu itu kok merasa yg paling benar saja.
Bisa saja pemahaman kamu selama ini salah. Jaminan apa yg bisa kamu berikan kalau pemahaman kamu selama ini sudah benar menurut agama islam , dan orang lain (muslin yg lain) adalah salah ?

Om, Ada film yang lebih pantas anda hujat dari pada AAC.
yakni “FITNA THE MOVIE”…. kenpa mesti AAC???

“senang liat orang lain susah
susah liat orang lain senang…”

tanya kenapa???????

ya…..daripada ribut sesama muslim mending ributin FITNA THE MOVIE

kelukman..ky udh yakin masuk surga aja lo..dibalik kalimat2 Allah yg lu ambil, hadist yg lu kemukakan, dan penjelasan ttg cara dakwa yg lo yakini ..terselip sebuah kesombongan, (sangat angkuh dr dlm diri lo..bahkan) sptnya cm lo yg tau ttg islam..ujung2nya kynya lo ne nabi berikutnya..biar bisa ditimpuk rame..cr lo mengajak org unt tau islam (sangat tidak menarik, menggugah hati) emg lo bny tau, tp yg terpancar dr diri spt pengetahuan yg terselip kebodohan lu scra nyata.. typicalnya lu cocok brdakwah dgn amrozy+imam samudra cs deh, berangus tuh smua kafir..yg ada tercipta kehancuran, kbencian, dan slah tafsir org (agama laen) thdp islam..yg teraniaya sodara muslim lo jg yg tak berdosa (irak, afganistan) gt yg lo mau…

pengen bgt deh baca tulisan “kelukman” ttg sesunguhnya “ayat-ayat cinta” versi yg seharusnya..yang mempunyai pesan-pesan ilahi, bertumpu pada al-hadist..tetapi tetap mempunyai cita rasa seni (yg tetap bs mengingatkn org unt kembali kepada Allah swt), 1 bab aja…please kelukaman..penuhi lah permintaan org yg penuh dosa dan diliputi ketidak tahuaan ini..

Ok kalau dilihat dari alasan2 yang diungkapkan memang semua tayangan itu HARAM alias tidak baik, tapi akankah kita hanya melihat JELEKnya saja, padahal kan juga ada hal positif yang perlu kita renungkan. Sekrang lebh baik kita merenung…..Apakah kita sdah BENAR, jangan isinya hanya MENYALAHKAN dan MENEJELEKAN……Semua tergantung pada PRIBADI masing2, ga usah slng menalahkan, apalagi menjelek2kan. Maaf bila kata2 saya menyinggung

Janganlah terlalu cepat menilai iman seseorang itu rendah.
Bisa jadi dimana kita buruk, namun belum tentu dimata Allah.
Cobalah tanya nawaitu si pembuat film, Apakah berniat menjerumuskan atau tidak ?
Sesungguhnya setiap muslim itu bersaudara, saling mengingatkan adalah kewajiban.
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Ma’af Mas Fachri, yang terlihat jelas di depan mata, adalah seperti itu. Wallahu a’lam dengan isi hati dari pembuat filmnya. Jika ditanya niat dari si pembuat film, tentu sangat positif. Tapi, pengakuan saja tidak cukup. Padahal, bukti sudah begitu jelas. Alangkah indahnya sebuah syair tentang seorang pemuda yang mengaku mempunyai hubungan dengan Laila, padahal Laila mengingkarinya.

Yang sudah terlihat jelas adalah film Fitna The Movie om.. Kenapa kok mesti AAC ya yang anda hujad??.. Tolong dijawab (dari kemaren kok nanya blum di jawab2).

menanggapi jawaban atas komentar saya tanggal Maret 27th, 2008 pada 12:11 pm..

Gini dik Lukman yang “baik hati” Islam sebenarnya mengajarkan metode dakwah Islam secara bertahap. Contoh :

1. Ada ayat di Quran yang membolehkan mensetubuhi budak Al-Mu’minuun ayat 5 – 6:
“Dan orang – orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri – isteri mereka atau budak – budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. ”

saya mengkutip penjelasan soal ini :

“…Demikian juga dengan proses penghilangan budak, adalah sah bila juga ada proses yang harus dilalui. Apalagi perbudakan itu terkait dengan sendi-sendi ekonomi suatu bangsa, tentu waktu yang dibutuhkan jauh lebih lama.

Bayangkan bila harga seorang budak 100 dinar, sebagaimana salah satu riwayat menyebutkan tentang harga Bilal saat dibebaskan. Padahal kita tahu bahwa satu dinar emas itu senilai dengan harga seekor kambing. Kalau seekor kambing seharga sejuta rupiah, berarti seorang budak seharga 100 juta rupiah. Bayangkan kalau satu orangtuan di Makkah memiliki 100 budak, maka nilai assetnya 10 milyar.

Kalau tiba-tiba budak dihapuskan dalam satu ketukan palu, maka jelas sekali ekonomi akan goncang dan runtuh.

Tentu saja Islam tidak akan meruntuhkan sendi-sendi ekonomi suatu bangsa. Yang dilakukan adalah penghapusan budak secara PROSES. Ada banyak pintu untuk membebaskan budak…”

conto lain :

2.Tentang penghapusan khamar, awal ayat yang pertama kali turun sama sekali tidak mengharamkan khamar, ayat yang kedua juga sama sekali tidak mengharamkannya. Baru pada ayat yang ketiga, ada sedikit larangan untuk minum, yaitu saat menjelang shalat. Dan akhirnya baru pada ayat ke empat, khamar diharamkan sama sekali.

3. Conto lain klo masi kurang ngerti adalah cara orang tua mendidik anaknya untuk sholat 5 waktu. Apakah cara terbaik adalah langsung menyuruh sholat 5 waktu? jawabnya tidak khan mulai dari bolong2. sekali
dalam sehari kemudian 2 kali sampai anak tersebut terbiasa dan sadar u/ kemudian sholat 5 waktu full.

4. Conto lain om Lukman klo masi kurang ngerti.. adalah keteladanan Wali Songo. Mereka berdakwah tidak langsung “bleg” anda harus beriman, ga boleh ini/itu dsb… Tapi secara bertahap melalui media yang pada saat itu masyarakat gemari, yakni lewat kesenian(wayang dsb), yang melalui itu kita saat ini termasuk dik Lukman bisa memeluk Islam!

Nah kaitannya dengan AAC yang jelas, di zaman yang masyarakatnya dipengaruhi kuat oleh media televisi; sinetron kurang mendidik, film yang isinya mistis, tahayul, sex bebas, budaya hedonisme dsb apa mungkin dakwahnya langsung “bleg” ga boleh ini/itu?? dakwah tu bertahap ga bisa langsung, klo dakwah langsung ga boleh ini/itu.. bisa bubar om dakwahnya…

Mudah2an dik Lukman yang “Pandai” ini mampu memahami penjelasan saya ttg metode dakwah Islam.

Trus ttg artikel dik Lukman diatas saya tiba2 kok jadi inget ceramahnya Aa Gym ya dulu ttg teori teko:

” Teko isi teh maka yang keluar dari mulut teko adalah teh,
Teko isi susu maka yang keluar dari mulut teko adalah susu
Teko isi comberan maka yang keluar dari mulut teko adalah comberan
sama kayak orang
Mulut mengeluarkan kata2 manis, pujian maka orang tersebut adalah (insya Allah) orang terpuji
Mulut mengeluarkan cacian, fitnah, ghibah, hinaan maka orang tersebut adalah orang ter… (ga tega nyebutnya).

Satu lagi nasihat saya buat dik Lukman; Sombong adalah gerbang ke dosa dan penyakit hati yang lain, ingat kisah Iblis waktu di usir oleh Allah dari surga; dia sombong, merasa paling sempurna padahal dia makhluk yang beriman pada Allah (percaya adanya Allah), hanya saja dia sombong maka dia terusir dari surga, dan dari penyakit sombong itu timbul iri, dengki, hasud, tidak senang melihat orang lain senang dsb.

semoga dik Lukman tidak demikian, ada beberapa penjelasan dari teman2 diatas yang memberi penjelasan logis dan benar tapi kok dik Lukman masi aja ngeyel…

harapan saya semoga dik Lukman yang khilaf Insaf.. Amien..

Oiya ada beberapa pertanyaan ni mohon dijawab ya :
1. ayat-ayat-setan berkedok ayat-ayat cinta?? ayat2 setannya disebelah mana ya??? (tolong jawab).

2. Kenapa film yang sudah jelas meprovokasi dan merusak tidak ada Hujad (Fitna The Movie)?? (tolong jawab).

3. Apakah anda mengerti perbedaan fitnah dan ghibah??

Tolong jawab ya jika anda memang benar.

wah…kalo orang islam kayak mas lukman makin banyak orang2 seperti geert yang bikin pilem fitna 🙂 . Punya hak apa anda menjudge sesuatu haram ato tidak. memang ada ayat al-quran yang mengatakan ayat2 cinta itu haram?
anda menjudge seseorang bani israil karena liat blog itu orang saja? ckckckck….tahukah anda orang yang namanya sombong?
seharusnya ilmu anda yang sangat tinggi itu membuat anda semakin mengerti akan toleransi, merendah layaknya padi…kalau begini….saya yang awalnya tidak suka dengan AAC jadi ilfil dengan anda….karena logika anda udah basi….anda ngomong2 apapun dengan logika anda skg ke anak2 muda zaman skg paling ga didengerin…jadi untuk apa ilmu anda? apakah ilmu anda hanya untuk orang2 yang sepaham dengan anda? bagaimana dengan saya yang masi mencari ilmu? saya sama skali tidak tertarik dengan cara anda….apalagi anda seenaknya menjudge sesuatu…apa bedanya dengan si geert yang bikin fitna 😛

Saya dkung pak Lukman, saya tidak setinggi Pak Lukman dlm pemahaman beragama, tp saya merasakan ketulusan dan keinginan pak Lukman yg baik di dlm blog ini. HEIL HITLER

Assalamu’alaikum.
Bwt org yg kayaknya ga seneng film AAC dikritik tolong jawab dgn jujur pertanyaan saya:
1. Fedi Nuril ama Rianty Rhiannon Cartwright & Carissa Puteri ada hubungan mahram ga?
2. Kenapa di video klipnya Rossa, Fedi Nuril ama Rianty mesti gandengan tangan (klo ga salah setau gw)?
3. Trus ad brp adegan d film AAC yg menggambarkan persentuhan dua insan berlainan jenis non mahram? Gw pernah lihat sekilas film ini dr org yg lg nonton bajakan dll sementara gw sendiri ga ad niat nonton yg kaya gituan jd gw mohon infonya!
Saya sendiri kurang lebih ngerti niat baik para sineas tsb. Adapun yg jd bahan kritikannya Mas Lukman yah tentunya adl media/caranya yg meragukan.

Assalamualaikum wr.wb

setelah saya baca artikel saya ingin tanya. bagaimana hukum bermain film?bagaimana hukum orang yang bermain film?hukum sutradaranya?aktivitas film itu sendiri?bapak punya dalil-dalil dari alqu’an dan hadist yang bisa menjelaskan itu semua gak karena saya kurang percaya kalau tidak berasal dari alqur’an dan hadist.bagaimana hukum berdakwa melalui novel ayayt-ayat cinta?saya sangat mengharapkan jawaban dari mas karena supaya saya bisa menjelaskannya pada teman-teman dan murid-murid saya.

Assalamu’alaikum.

Enaknya jd bintang film Islami kayak Fedi Nuril.
Ciumin keningnya Carissa Puteri, ngegandeng tangannya Rianty Rhiannon Cartwright, dll. Semua itu seolah2 ‘dibenarkan utk kepentingan ‘dakwah”
Padahal ada hadits yg begini lho bunyinya:
“Ditusuk kepala salah seorang dari kalian dengan jarum besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Shahih, HR. Ath Thabrani dalam Al-Mu`jamul Kabir . Lihat Ash Shahihah no. 226)
Tolong beri bukti bahwa Rianty & Carissa halal bwt Fedi.

Eits maaf maksudnya film ‘yang dianggap Islami’.

Assalamu’alaikum teman semua,

saya yang bodoh tergelitik untuk sedikit mengutip ujar ulama :

” …Jika benar maka baginya dua pahala yaitu pahala ijtihad dan pahala kebenaran ijtihadnya. Dan jika salah maka baginya satu pahala, yaitu pahala ijtihad saja. Maka perbedaan pendapat dikalangan mereka dalam masalah ijtihad, tidak mengharuskan terjadi permusuhan maupun saling menjauhi …”

dan kalau tidak salah ada juga ujar seperti ini :

“…sebaik-baik ijtihad adalah berbekal ILMU yang cukup…”

Wallahu a’lam bishshawab,
Wassalamu ‘alaikum

lah terus, kita biarin aja gempuran film2 yang lebih sekuler di bioskop2 ???

Menurut saya, anda terlalu ekstrim dengan mengatakan bahwa bioskop adalah tempat maksiat. Atau tempat dimana banyak maksiat. Begitu juga dengan sebuah film.
Menurut saya Bioskop dan Film juga bisa dijadikan tempat mencari ilmu. Bukankah kita diperintahkan mencari ilmu walaupun sampai ke negeri cina? Ilmu itu ada dimana-mana. Jangan hanya terfokus pada mesjid atau majelis ilmu. Bahkan dalam kehidupan seorang pelacur/penjahat pun pasti ada ilmu yang bermanfaat yang bisa kita dapatkan untuk kebaikan hidup kita (dan bukan berarti kita menjadi pelacur/penjahat).
Walaupun anda mengatakan film ayat-ayat cinta adalah kedok dari ayat-ayat setan, bagaimana pendapat anda jika ternyata ada orang (walaupun sedikit jumlahnya) yang kembali ke jalan Allah (paling tidak berubah menjadi lebih baik menurut Islam) setelah menyaksikan flm tersebut? Apakah itu bukan sumber ilmu dan sumber kebaikan? Jangan berfikir terlalu sempit dalam menilai sesuatu dan juga ayat-ayat Allah. Sutradara film ‘Fitna’ adalah orang yang berfikiran sempit tentang ayat-ayat Allah. Semoga anda tidak seperti dia.
Astaghfirullah…

Salam

Menanggapi komentar Rijaluna: “Trus buat mas Lukman Hakim commentnya si moshe (dah ketauan namanya aj kayak namanya Moshe Dayan sang pembantai muslim Palestina)dibuang aj jauh2. SEKALI LG JAUH-JAUH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”

Kok anda jadi ngebahas nama orang seh? Banyak nama Islami yang jadi penjahat. CAM KAN ITU!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

@Taufikasmara
Anda blm tau sih waktu itu si Moshe itu ngomong apa. Skrg komennya ud dimoderasi jd begini nih:

moshe, di/pada Februari 18th, 2008 pada 12:49 pm Dikatakan:

(Mode: On)

Mohon ma’af. (Klo gak salah kata “Mohon ma’af.” ini hasil moderasi Mas Lukman)

Apa yg dikoment oleh Moshe -semoga Allah memberi hidayah kepadanya- membuat saya mengambil kesimpulan mengaitkan isi komen dgn namanya (bnr2 mengingatkan saya pd Moshe Dayan). Jd anda tentunya keliru klo sy hanya menilai dr namanya saja, tp isi komennya itu loh yg saya mw supaya tdk ditampilkan lg.

Silahkan tanya sama Mas Lukman!

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Menarik memang apa yang dibicarakan oleh kalian, tapi sedikit masukan dari saya,mohon kata-kata kasar atau yang dapat menyakiti hati seseorang dihilangkan,saya yang membaca jadi miris ngeliatnya,berniat untuk mengajak yang baik tapi ko kata-kata yang di ucapkan tidak baik,satu lagi mohon ketika menanggapi sesuatu tidak dengan emosi,..
Karena klo tdk salah saya juga pernah membaca riwayat yang ketika itu diceritakan bahwa Rosulullah meninggalkan Abu Bakar ketika sedang marah,lalu Rasulullah menjelaskan bahwa seseorang ketika marah maka akan ada setan di dekat mereka sehingga Rosulullah menjauh…
Semoga apa yang ada di sini dapat mengambil manfaatnya….

Assalamu ‘alaikum Kelukman…

Saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad adalah utusan Allah SWT.

1. Saran sesama muslim, lebih baik delleted postingan ini mengapa? debat dan mencari jawaban memang “seru” tetapi saya ga tahu apakah anda atau dengan yang berdebat memiliki niat yang baik. Demi Allah SWT, Hanya Allah yang tahu. Bayangkan, andaikan ada seorang siswa di suatu kampung, sedang mencari di google mengenai “komentar film ayat-ayat cinta” lalu datanglah ke blog ini, saya rasa dia akan “keleyengan”….. lieur…. harusnya mendapatkan pencerahan… malah berlajar beremosi…

2. Walau web blog saudara bernama “ruanghakim” yang berkesan anda adalah seorang “hakim”. Berperilaku menjadi seorang hakim bukan berarti saudara merasa paling benar dan paling baik dari semuanya. Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya… Allah memiliki kekuasaan yang tidak terbatas untuk menentukan baik-buruknya seseorang. Teringat ketika kisah seorang bayi yang menyusui ibunya, dan ibunya melihat ada seorang wanita yang sedang di siksa karena dituduh mencuri dan berzina, dan sang ibu berdoa agar anaknya jangan sampai seperti orang itu, dan bayi yang sedang menyusui melepaskannya dan berkata, :semoga saya seperti orang itu. Karena Allah maha tahu dan si ibu tidak tahu, bahwa wanita yang disiksa itu ternyata hanya difitnah… dst… (mungkin saudara lebih tahu lengkap riwayat / bukhari muslim) yang pertanda, tidak segampang itu saudara mengatakan yang menonton film tersebut adalah teman syetan.. menurut sharing dengan teman-teman, banyak kok mereka yang tiba-tiba bertobat setelah melihat AAC (percaya…?)

3. Kembali ke saran pertama, Atas nama agama delete saja postingan dan komentar-komentar ini…. titik.

Semoga saudara, saya, dan pembaca selalu mendapatkan rahmat Allah SWT Amiiin…

Wassalamu ‘alaikum

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Mas Lukman, sebaiknya mas merubah sedikit cara penyampaian mas. Sebab saya sudah baca hampir semua artikel mas Lukman dan reaksinya…….. ya gitu deh.
Saya sependapat dengan pikiran mas, namun jujur yah….
mas Lukman lebih kelihatan sebagai ” orang menyebalkan “,
🙂
Dengan pengetahuan yang mas Lukman miliki, ditambah penyampaian yang simpatik………( bisa dong ), alhasil akan banyak membawa kebaikan.
Amin

Wassalamu ‘alaikum

Orang yang berlumur dosa

Untuk mas Taufik Asmara yang berkomentar pada tgl 20 Mei 2008

Apa yang mas Taufik dapatkan dengan mencari ilmu di bioskop ? Lalu untuk belajar apa menuntut ilmu di negeri cina, mas ?

Ketahuilah mas Taufik, Ilmu hanya didapatkan di majelis ulama, bukan didapatkan di tempat maksiat dan negeri kafir. Sampai di sini bisa dipahami, nanti kita lanjutkan.

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb Kelukman

Menyambung dari comment saya di atas (D2MQ), sebenarnya saya menyukai dan membutuhkan pencerahan ilmu agama berupa dakwah dalam bentuk apapun, karena hanya dengan membentengi ilmu, Insya Allah kita diberi kekuatan untuk berbuat benar.

Akan tetapi, maksud saya adalah, masih banyak materi yang dan tata cara yang lebih “sejuk” dan tidak “menghakimi”. sebagai contoh saja, di salah satu web site dakwah yang menurut saya lebih “nyaman” penyajiannya diantaranya dakwatuna.com (dan saya tidak ada kaitannya dengan web site itu) Web site tersebut, Alhamdulillah Allah masih berkehendak memberikan kesempatan kepada saya untuk terus menyimaknya sehingga sedikit-demi sedikit hati terasa lebih tenang. (ini hanya contoh ya… masih byk web site lain yang “lebih sejuk”
Perlu diingat juga mas kelukman, bahwa masyarakan kita, di Indonesia saat-saat ini lebih mudah terprovolasi oleh sutau “ungkapan” atau “comment” sekecil apa pun, apalagi sedikit mengandung emosi, jadi Insya Allah dengan Niat Dakwah saudara dan didukung oleh cara, materi, bahasan yang lebih menenangkan kaum muslimin, insya Allah rahmat Allah turun kepada saudara, kepada kita pembaca.

Dan semoga saudara tidak berniat memuat artikel yang sedang hangat-hangatnya di internet lalu kemudian saudara membuat bahasan dan lalu menghakimi demi sekedar “menaikkan rate” web blog saudara. Semoga tidak seperti itu.

Ini hanya sebuat saran yang sangaaaaaaaat kecil buat saudara dari pembaca yang masih bodo dan memerlukan pencerahan ini…

One more time… this is just an small advice for you

Keep dakwah with smile and cool

WAssalam
D2MQ

Abu Harun | Sunniy Salafy:::

Ketahuilah mas Taufik, Ilmu hanya didapatkan di majelis ulama, bukan didapatkan di tempat maksiat dan negeri kafir. Sampai di sini bisa dipahami, nanti kita lanjutkan.

yang bikin layanan wordpress juga (bisa jadi) orang kafir, lho. ilmu ttg html juga bermula di negeri kafir, lho. lha, sebegitu banyak hal yang bermula dari ngeri kafir kok ya masih ente manfaatkan?

jadi kalo saya dapat beasiswa buat nerusin sekolah di MIT atau Harvard atau Oxford, apa itu nggak dibolehkan sama agama?

untuk menambah pengetahuan buat sodara abu harun, berikut saya informasikan kalo ketiga universitas di atas itu bukan terdapat di arab saudi ataupun negara timur tengah lainnya, kekekeke…

Mas Joe, kita sedang membicarakan masalah menuntut ilmu agama dari Bioskop. Mas Joe sih kalo datang tlg dilihat dulu kita lagi bahas apa ndak langsung berucap.

Pada pembicaraan sebelumnya banyak temen2 yg beranggapan ndak masalah ambil agam dari bioskop dan novel. Maka kami katakan bahwa tidak seyogyanya seperti itu. Ilmu agama adalah Al Quran dan As Sunnah. Kalo ngambil Al Quran dan As Sunnah dari tempat maksiat maka hasilnya ndak bener, Ambil Al Qurand an As Sunnah adalah dari para ulama.

Adapun ilmu duniawi bebas diambil dari mana saja. Semoga bisa dipahami ya, mas.

Wah, ada yang salah persepsi nih.
Mungkin yang dimaksud Abu Harun dengan ‘ilmu’ dalam quotenya:
“Ketahuilah mas Taufik, Ilmu hanya didapatkan di majelis ulama, bukan didapatkan di tempat maksiat dan negeri kafir. Sampai di sini bisa dipahami, nanti kita lanjutkan.”
Di sini yang dimaksud kurang lebih mungkin adalah ilmu agama. Demikian kiranya supaya bisa dipahami lebih lanjut. Dan bagi yang ingin menuntut ‘ilmu dunia’ di negeri kafir, hendaknya membekali diri dengan ilmu agama terlebih dahulu agar bisa membentengi diri dari fitnah syubuhat dan syahwat.

@ Abu Harun | Sunniy Salafy

ooo…saya paham sekrg. terima kasih atas penjelasannya.

berarti kalo misalnya ada orang yang mendapatkan hidayah melalui film atau novel, kita semua sebagai umat muslim diwajibkan menolak adanya fakta tersebut?

:mrgreen:

ah, padahal – demi Allah – ada teman saya yang menyegerakan pernikahannya setelah dia dan temen2 kantor saya yang lain nonton ayat2 cinta di 21 ambarukmo plaza, lho.

saya malah jadi bingung skrg…setau saya Allah menurunkan hidayahnya lewat cara dan tempat yang tidak disangka2. apa dengan menolak novel dan film, itu bisa diartikan kalo kita menolak Allah ikutan “campur tangan” di situ. wew…saya sih ndak berani ikut2an nolak Allah pgn “bekerja” di mana. suka2nya Dia. Dia yang bikin kita semua, kok 😀

Kita juga mestinya dak berani mas, kalo mengatakan yang mestinya haram menurut Allah lantas kita katakan halal hanya karena kita tidak mengerti bagaimana lagi caranya berdakwah. Bukankah itu lebih jelas? Berlakukah hukum darurat? Padahal, terlalu banyak cara yang telah para ulama berikan dalam berdakwah yang syar’i.

Lho, novel dan film itu haram ya? Saya kok ndak pernah nemu kata2 itu di Alqur’an?

bisa disebutkan film mana yang halal? khususnya film ayat-ayat cinta kemarin dan yang sejenisnya. Memang dalam Al Qur’an tidak dikatakan film itu haram, namun pelaksanaan film yang tidak lepas dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan.

seorang pelaku maksiat setelah nonton AAC ahirnya mendapatan hidayah, maka sama saja seorang yang keluar dari gua singa masuk ke lubang harimau. Memang ia mendapatkan hidayah namun yang ia dapatkan adalah bid’ah. Padahal berkata ibnu Mas’ud Radhiallahu’anhu, “bid’ah itu lebih disukai iblis daripada maksiat”

Teman kamu itu hidayah apa yang ia maksud, apakah setelah nonton AAC mendapatkan hidayah untuk nikah ? Kalau sebatas mencari motivasi ttg menikah ndak perlu datang ke bioskop. yang dimaksud hidayah adalah al -ilmu, sebagaimana yg dikatakan para ahli ilmu, hidayah itu ada 2 (hidayatul bayan wal irsyad, wa hidayatut taufiq) yang kedua hidayah ini adalah al ilmu. ilmu apa yg bisa didapatkan di bioskp. sekali lagi yang saya maksud adalah ilmu agama.

Lagi pula bagaimana mungkin dikatakan menjemput hidayah jika untuk menujunya adalah melalui jalan maksiat. Apakah ada yg bisa mengatakan bahwa di bioskop tidak ada maksiat ?

Memang kata novel dan bioskop ndak ada di Al Quran, Al Hadits. Maka carilah secara hakikat dan makna, yg notabene adalah kemaksiatan niscaya ada di dalam Al Quran dan Al hadits.

Itu jika nonton AAC di bioskop

Adapun jika menonton AAC di rumah. beli VCD atau DVD, sama saja. Jika dia beli VCD atau DVD bajakan maka ada dosa tambahan karena mengambil hak yang bukan miliknya sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil” dalam Surat Al Baqarah ayat 188

Dalam film itu terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh bintang filmnya. Kita semua tahu bahwa pemainnya di sana semuanya bukan mahram, ada ikhtilath (campur aduk laki dan perempuan bukan mahram) ada khalwat (berduaan lawan jenis dengan yg bukan mahram) ada pegang-pegangan, ciuman, dll. ini semua adalah pelanggaran hukum Allah yang haram. padahal nabi kita Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “barang siapa di antara kamu melihat kemungkaran maka cegahlah…” namun kamu sebagai penonton bukannya mencegah malah menikmati, wallahu musta’an (dan Allah tempat kita memohon pertolongan)

Bagaimana dengan AAC via novel.

Maka ini sungguh jauh dari cara menjemput hidayah. Seorang Muslim sejati seharusnya paham bahwa rujukan dalam agama adalah kitabullan wa sunnah (Al Quran dan hadits). Seyogyanya ia membaca Al Quran, atau membaca kitab hadits yang sekarang sudah diterjemahkan, juga buku-buku ilmu para ulama Ahlus Sunnah yang sudah banyak diterjemahkan, dan bukannya membaca novel.

tanda seorang mendapat hidayah adalah ia lebih mencintai al ilmu, hatinya lebih bersemangat dalam menuntut ilmu. Kembalilah menuntut ilmu dan cintailah ulama Islam. wallahu a’lam.

@ Lukman Hakim

saya balik saja, bisa disebutkan kapan Allah mengharamkan film?

kalopun ada prosesnya yg tidak disetujui, yang hendak anda tolak, bukan berarti kalo dlm film tersebut Allah tidak bisa menurunkan hidayah kepada hambanya, kan?

padahal lewat benda yang jelas2 haram aja Allah bisa menurunkan hidayahnya, kok. apalagi lewat barang yg halal-haramnya masih diperdebatkan seperti skrg ini.

ingat cerita tentang pemabuk yang dihardik Umar yang bertobat kemudian tempat khamr-nya yg diperiksa Umar berubah menjadi berisi madu?

@ sunniy

jadi tetap menolak, mas? walopun Allah sudah memberikan hidayahnya, Anda masih tetap menolak tentang hal itu? saya nggak ikut2an deh kalo gitu. saya nggak berani sombong menentukan kalo hidayah Allah tidak bisa didapatkan dari tempat yang menurut Anda adalah tempat maksiat. saya nggak berani ngatur2 Allah itu harus menurunkan hidayahnya di mana.

eh, ya, kalo anda menganggap novel AAC tidak ada ilmunya, maka tanyakan kepekaan Anda dalam menyerap ilmu di dalamnya. jangan lantas karena anda tidak berhasil menemukan ilmu di dalamnya maka anda merasa berhak menghakimi bahwa orang lain sama tidak pekanya seperti anda. saya bisa mendapatkan ilmu dari situ. kalo anda tidak? wah, tanyakan diri anda sendiri. jgn lantas menyalah2kan kalo ada orang lain yang responnya lebih peka ketimbang anda.

kalo kita mau menyadari, seluruh isi jagat raya ini menunjukkan kekuasaan Allah, kok. dan tetap ada ilmu (baik agama maupun dunia) yang bisa kita dapatkan di dalamnya, bahkan dalam daging babi ataupun khamr 😉

mau bilang daging babi dan khamr tidak mengandung ilmu? tanyakan lagi kepekaan anda sendiri 😆

kepekaan, mas. sekali lagi, kepekaan :mrgreen:

Hidayah itu datangnya dari Allah, Allah yg menghendaki, bukan karena menonton di bioskop atau membaca novel. Bahkan seorang teolog yang mendalami agama dari kitab suci pun bisa jadi sangat sulit mendapat hidayah. Seorang Fudhail bin ‘Iyadh memperoleh hidayah ketika melakukan aksinya sebagai garong. Lantas, apakah dengan begitu kita mesti nge-garong dulu supaya dapet hidayah?

Beberapa tahun lalu bagi gw, karya-karyanya Mbak Helvy Tiana Rosa & Mbak Asma Nadia memberi peran besar bagi perkembangan pemikiran gw ttg Islam, meskipun kebanyakan ceritanya berkisar ttg ABG (yg aktif ROHIS/LDK/ta’lim).

Adapun di masa sekarang setelah gw aktif ta’lim, gw pernah mencoba baca novel AAC. Tp koq bagi gw, novelnya kesannya biasa2 aja. Nothing special. Dan akhirnya gw ngerti kalo bacaan kayak gini udah gak nyangkut lg di pikiran gw. Gw kayaknya udah beda, bukan anak kecil lagi yg mw dibacain dongeng sebelum tidur.

Bagi gw perdebatan kayak gini cuma ibarat pertengkaran anak kecil sama orang dewasa yg sama-sama gak mw ngalah aja. Yg anak kecil meskipun udah beranjak gede mwnya jd anak kecil terus, dinasehatin gak mw. Dan yg dewasa maksa2 yg kecil mesti ikutan dewasa.

Tergelitik untuk mengutip pernyataan seorang komentator:

“Enaknya jd bintang film Islami kayak Fedi Nuril.
Ciumin keningnya Carissa Puteri, ngegandeng tangannya Rianty Rhiannon Cartwright, dll. Semua itu seolah2 ‘dibenarkan utk kepentingan ‘dakwah”
Padahal ada hadits yg begini lho bunyinya:
“Ditusuk kepala salah seorang dari kalian dengan jarum besi, itu lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Shahih, HR. Ath Thabrani dalam Al-Mu`jamul Kabir . Lihat Ash Shahihah no. 226)
Tolong beri bukti bahwa Rianty & Carissa halal bwt Fedi!”

Apakah kalian akan membiarkan saudara-saudara kalian (yakni para bintang film) terus melakukan kemaksiatan meskipun dalam aksi ‘dakwah’-nya?

assalamua’laikum warohmatullahi,

Akhi..menurut ana berpalinglah dari org-org bodoh yang bnyk qiyas,mereka hny beracuan,”tujuan menghalalkan segala cara.”…maklum mendulang suara dipemilu….”yg penting kan, niatnya!” begitulah statement mereka….
sudah buang2 waktu aja ….mending kasih tahu aja ke mereka;”apakh para sahabat bersandiwara dlm menyampaikan dakwahnya?”

Assalamu ‘alaikum wr.wb.
Mari kita instropeksi diri, apa yang diperdebatkan masing2 semuanya benar. Yang salah adalah cara fikir kita yang selalu dengan dasar prasangka buruk. Mari kita rubah pola pikir kita menjadi pola pikir dengan dasar prasangka baik. Jadikan hidup kita selalu membuat nilai. hanya dengan dasar pikiran, perasaan, keinginan, dan tindakan yang baik kita dapat membuat nilai yang baik. Jangan merasa lebih baik dari pada orang lain (meremehkannya) karena hal itu anda lebih biadap dari pada IBLIS. Ketahuilah bahwah iblis dilaknat tak terampuni hanya karena takabur, merasa lebih baik dari yang lain. Kita harus memiliki PRINSIP / TUJUAN yang kuat, yang tak dapat tergoyahkan,sehingga tercapai sesuai harapan. Namun cara /METODE kita dalam penyampaian haruslah luwes, tidak kaku, tidak begini-begini saja, atau tidak begitu-begitu saja. Karena kita diberikan Otak untuk berfikir, Hati untuk merasakan, Keinginan untuk lebih maju, dan Tindakan untuk melaksanakannya. Suatu cara bertujuan untuk mendekatkan diri atau orang lain kepada sang Penciptanya adalah sangat diutamakan. Jangan sering saling berperdebatan, karena hal itu dapat menimbulakan kealpaan. Dari setiap benda, kejadian, dsb. semuanya mengandung hikmah. Petiklah didalamnya. Wasalamuala’ikum wr.wb.

Hanoman (Ada Iman)

mekummmmmm…….

kumaha damang?????

pa yai

pacaran boleh ga??????

Mohon berhusnuzhonlah kepada sutradara film ayat-ayat cinta. Kemunduran Islam adalah disebabkan oleh kepicikan kita dalam memandang suatu permasalahan yang berkaitan denga agama. Islam sampai ke Jawa karena dakwah para wali dengan menggunakan metode bil hikmah. Kalau Islam disampaikan secara frontal banyak orang Islam yang akan lari.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sudah diposting akhi, mudah-mudahan bisa diambil pelajaran dari transkrip tersebut,
http://inilahfakta.wordpress.com/2010/05/25/transkrip-rekaman-ustadz-abdul-hakim/

Tinggalkan Balasan ke nix Batalkan balasan

Statistik

  • 29.753 users

RSS Abu Salma M. Fachrozi

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

LINK SAHABAT

Promosi Author